Categories: AgamaSains

Menilik Hukum Tarik-menarik dan Tuhan sebagai Energi

Istilah The Law Of Attraction diambil dari bahasa Inggris yang artinya adalah Hukum Tarik-Menarik. Hukum inilah yang selalu menjadi rujukan disetiap buku self development (pengembangan diri) yang pernah saya baca. Pada dasarnya, yang menjadi dasar dari  hukum tarik-menarik ini adalah teori Fisika kuantum atau Mekanika kuantum.

Fisika kuantum atau Mekanika kuantum adalah sebuah pengetahuan baru di dalam ilmu Fisiska yang sangat berbeda dengan Fisika klasik atau Newtonion yang selama ini kita kenal, didalam Fisika klasik yang menjadi objek kajiannya adalah benda-benda yang tampak, benda-benda yang dapat diobservasi langsung dengan pengamatan. Sedangkan dalam Fisika kuantum objek kajiannya cenderung lebih kepada dunia Pertikel, sesuatu yang sangat kecil yang sudah tidak tampak oleh mata lagi, sehingga tidak semua orang bisa menelitinya. Perintis dari ilmu Fisika kuantum ini adalah Max planck yang kemudian dikembangkan oleh Albert Einstein.

Menurut teori Fisika kuantum dasar dari semua meteri itu bukanlah Atom sebagaimana yang dijelaskan oleh Fisika klasik melainkan Energi vibrasi yaitu ruang hampa yang hanya berupa gelombang. Albert Einstein mengatakan bahwa semua yang kita lihat itu sebenarnya adalah ilusi dari penglihatan kita karena pada dasarnya setiap materi itu tidak lain hanyalah wujud dari gelombang tak tampak yang membentuk quanta, quanta membentuk partikel, partikel membentuk atom, atom membentuk molekul, molekul membentuk suatu benda.

Begitupun dalam dunia kehidupan, semua keadaan yang terjadi dalam hidup ini pada dasarnya adalah bentuk dari energi vibrasi yaitu alam perasaan, perasaan menghasilkan sebuah fikiran, fikiran menghasilkan tindakan, tindakan menghasilkan kebiasaan, kebiasaan menghasilkan karakter dan karakterlah yang menentukan sebuah nasib seperti sukses, gagal, kaya, miskin, baik, buruk dan sebagainya.

Jadi, pada dasarnya ujung dari segala sesuatu yang tampak berasal dari yang tidak tampak dan itupun sama, sama-sama bersumber dari energi vibrasi. Dari kesamaan itulah ditemukan hubungannya oleh Rhonda Byrne bahwa “apapun yang kita kirimkan ke alam semesta melalui gelombang pikiran kita maka itu pulalah yang akan semesta berikan kepada kita” seperti itulah inti dari teori The Law of Attraction dalam “The Secret” yang merupakan buku pertamanya.

The Law of Attraction atau yang biasa kita kenal dengan Hukum tarik-menarik adalah  hukum untuk menarik hal yang kita inginkan menjadi nyata. Hukum ini sama halnya dengan hukum-hukum yang lainnya seperti hukum gravitasi. Bila hukum grafitasi membuat barang jatuh kebawah, maka hukum tarik menarik akan menarik atau mewujudkan  yang kita pikirkan, pikiran yang baik akan mewujudkan kebaikan begitupun sebaliknya pikiran yang buruk akan mewujudkan keburukan, tidak mungkin kebalik karena tidak ada ceritanya mangga jatuh ke atas karena ada kesalahan teknik dalam menjatuhkan. “Sesuatu akan menarik pada dirinya segala hal yang satu sifat dengannya”, begitulah bunyi The Universal Law of Attraction.

Namun perlu diketahui juga bahwa ada aturan tersendiri dalam mengaplikasikan hukum tarik menarik ini, hukum ini sangat erat kaitanya dengan vibrasi, makanya juga ada teori The Law of Vibration. Tubuh kita memancarkan energi, vibrasi kuat (power) bila kita berperasaan positif, vibrasi lemah (force) bila kita berperasaan negatif. Kita butuh vibrasi kuat agar bisa menarik (attract) hal yang kita visualisasikan. Visualisasi artinya berhayal menggunakan perasaan, seperti merasakan teksturnya, baunya, lalu lepaskan ke alam semesta nanti akan ada dorongan melakukan sesuatu, ikutilah, karena itu adalah insting yang mengarahkan perwujudan keinginan tersebut. Hukum tarik-menarik ini bukan dipengaruhi oleh agama, klenik, atau mantra apalalgi sihir, teori ini memang sesuai dengan sifat-sifat Energi, yaitu 1. Energi bisa ditarik, 2. Energi itu menular, tergantung kita yang menvisualisasikannya.

Dalam proses visualisasi, akan terjadi transformasi kuantum dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar atau yang biasa disebut sebagai kerja hati, sebenarnya pikiran sadar hanya berkontribusi 12% terhadap apa yang kita lakukan, sementara 88% nya itu dikendalikan oleh pikiran alam bawah sadar atau perasaan kita, oleh karena itu dengan bervisualisasi maka terjadilah migrasi atau pergeseran dari yang awalnya hanya sekedar positif thinking menjadi positif feeling, dimana positif thinking itu berpusat di otak sedangkan positif feeling itu berpusat didalam hati, dan inilah yang disebut Quantum Ikhlas.

Yang lebih menarik, Erbe Sentanu dalam bukunya “Quantum Ikhlas” menemukan riset-riset yang terkait dengan hati,  ternyata Hati dalam makna inmaterialnya yang sering kita maknai sebagai pusat perasaan ternyata pada saat yang sama instrumen yang dirujuk dalam organ biologis kita sebagai hati, heart atau qolbu itu adalah Jantung. Dan ternyata gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung jauh lebih besar dari pada yang dihasilkan oleh otak, sehingga dalam teori Quantum ikhlas menyatakan bahwa justru pusat dari getaran yang ingin kita kirimkan ke alam semesta sumbernya di jantung bukan hati seperti yang biasa kita kenal.

Quantum ikhlas mempunyai frekuensi yang sama dengan The Law of Attraction karena konsep the power of positive feeling dalam Quantum Ikhlas adalah bagaimana kita memaksimalkan perasaan dan hati. Kualitas terbaik dari hati itu adalah apa yang disebut dengan zona ikhlas, dan inilah yang akan memicu lahirnya gelombang elektromagnetik yang begitu besar yang bisa kita kirimkan kepada pikiran kita dan juga kepada alam semesta untuk mewujudkannya pada kenyataan.

Begitulah teori-teori dasar dari The Law of Attraction, untuk lebih mendalami keilmuannya, saya sangat menyarankan anda untuk membaca buku-buku ini:

Quantum Ikhlas dan The Science of Zona Ikhlas karya Erbe sentanu
Semua seri buku The Secret karya Rhonda Byrne
Quantum Life Transformation karya Adi W. Gunawan

Selamat berlayar di samudera kebahagiaan

* Penulis adalah The Winner putra Akuntansi IAIN Madura 2020, Tenaga pengajar kursus Sains dan Penggerak Forum Kajian Simposium

Firman Ardiansyah

Share
Published by
Firman Ardiansyah

Recent Posts

Agama dan Sains: Konflik Hingga Integrasi Keilmuan

Dilihat perspektif kesejarahan, agama dan sains mulanya bersahabat, ini pada abad 17 dimana keduanya pertama…

4 bulan ago

Konstruksi Patriarki dalam Ruang Seni

Beberapa tahun terakhir, ada peningkatan minat masyarakat Madura terhadap bidang seni. Peningkatan minat tersebut tidak…

6 bulan ago

Menjelajahi Konsep Kebebasan dalam Neon Genesis Evangelion melalui Lensa Filosofis Jean-Paul Sartre

Neon Genesis Evangelion merupakan salah satu anime yang sangat populer di seluruh dunia, terutama karena…

6 bulan ago

Globalisasi dan Konsekuensi Inferiority Complex

“Bodo amatlah pada standar kesuksesan yang diagungkan oleh society dan media. We Will be something,…

6 bulan ago

Hans Kelsen: Positivisme Hukum, Grundnorm, dan Stufenbau Theory

Memahami hukum bisa dibilang sebagai studi yang berfokus pada suatu sistem norma, dengan memiliki sifat…

8 bulan ago

Seni Bertahan Hidup ala Victor E. Frankl

Apa yang mungkin dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup? Kebanyakan orang tentu saja akan menjawab makan,…

8 bulan ago