Menghadapi modernisasi yang sangat progresif dan berkelanjutan ini, perubahan peradaban tidak dapat lagi kita negasikan, ada yang menyebut zaman milenial semakin memberikan tantangan tersendiri dalam generasi bangsa masa depan. Untuk menjawab persoalan demikian, kita perlu menggali pola pikir baru dalam menghadapi era berbeda yang memiliki perkembangan cukup pesat. Sarana-sarana informasi sudah canggih serba teknologi, lebih instan untuk didapat. Dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memaksa manusia untuk melakukan efisiensi-efisiensi, hingga pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya padat karya dapat digantikan atau diselesaikan dengan teknologi. Dalam konteks persaingan global, adagium ekonomis, efektif, dan efisien menjadi hal yang tidak dapat disepelekan.

Segala sesuatu bisa disebut modern apabila ada gerakan mengdopsi hal-hal yang dianggap baru (baca Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern, Ar-Ruzz, 2005: 25). Artinya, memotivasi keadaan manusia harus selalu mampu melakukan hal-hal baru yang lebih canggih dengan gigih akibat dari banyaknya produksi teknologi progresif yang berkembang. Secara esensial, modernitas bukan hanya merujuk pada suatu periode, tetapi juga merupakan suatu bentuk kesadaran akan kebaruan terutama dalam kepekaan menilik dinamika sosial yang disebabkan oleh autensitas modern yang selalu menghasilkan hal-hal baru dalam berbagai sector seperti sains, ilmu teknologi, ekonomi dan lain-lain. Kata kunci dalam kesadaran modern; adanya perubahan, kemajuan, reformasi dan pertumbuhan dengan menawarkan solusi sebagai upaya peningkatan kualitas penduduk, (sosiologi menyebutnya eutenika). Sayangnya, sikap kurang menyadari dan acuh untuk mempersiapkan diri dalam menjawab tantangan yang akan dihadapi kerap kali terjadi, lebih asik pada tradisi pembodohan dari masa lalu yang suram. Lebih miris, ketika bersikukuh untuk mempertahankan tradisi buruk tersebut sambil lalu berlindung dibalik kekolektifan.

Suatu problematika yang serius jika masih dibiarkan berkembang di era modern maupun kontemporer ini yaitu penerapan yang cenderung mengarah pada hal yang bersifat konsumtif informasi dengan mengabaikan intelegensi dan nalar. Terlau responsif dengan serapan buta terhadap fenomena-fenomena, terkesan tergesa menampung informasi tanpa mengkritisi secara intelektual. Mestinya ada kontemplasi kontinuitas pasca memperoleh stimulus dari fenomena agar dapat bijaksana saat menjustifikasi problem. Pola buruk seperti ini hendaknya menjadi tanggung jawab manusia, baik secara individu maupun kelompok, sehingga tercipta kerjasama saling fokus mengelola modernitas menuju dunia yang lebih baik, sebuah kehidupan yang menjadi impian bersama sepanjang eksistensi sejarah manusia.

Sesuai dengan keterbatasan analisis pribadi, penulis ingin menyatakan bahwa “Dunia pendidikan menjadi tonggak masa depan kemajuan manusia dan bangsa”. Oleh karena itu, Pendidikan harus dibangun atas dasar kepekaan terhadap persoalan-persoalan manusia menghadapi modernitas dan pemerintah sebagai pengelola tertinggi serta penanggungjawab utama dalam kebijakan pendidikan nasional agar tidak main-main dalam mendesain pendidikan, harus benar-benar menjadi fasilitator sesuai fungsi yang telah diberikan dalam memanajemen stabilitas Tri Pusat Pendidikan (Keluarga, Sekolah dan Lingkungan Masarakat). Selain itu, pemerintah beserta kita semua harus mendorong kerja sama serta saling mendukung untuk kemajuan penduduk bangsa Indonesia menghadapi modernisasi. Segera lakukan tindakan inovatif jika ada kesenjangan antara pendidikan di sekolah dengan pendidikan di masyarakat (reformasi pendidikan) dalam melahirkan peradaban bermutu sesuai harapan masyarakat sosial. Melalui pendidikan pula, transfer nilai-nilai suatu bangsa dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada masyarakat global yang terus mengalami perubahan menuju progresivitas, pendidikan juga harus bisa mengikuti perkembangannya. Apabila tibak bisa mengikuti arus globalisasi, maka akan tertinggal serta sulit beradaptasi dengan perkembangan yang ada. Selain itu, administrasi pendidikan juga harus dibenahi supaya sesuai dengan kebutuhan perkembangan yang ada.

Reformasi pendidikan merupakan upaya perbaikan dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur dari perbaikan tersebut, yaitu adanya upaya pemanfaatan teknologi dan komunikasi sebagai berkah dari penemuan manusia di bidang ilmu pengetahuan. Kecanggihan inilah yang membuat kita berada pada era modernitas dan globalisasi. Dampak globalisasi yang sudah masuk pada kehidupan masyarakat modern mendorong perubahan-perubahan yang sangat dahsyat. Menuntut agar memahami situasi apabila ingin mampu bersaing di tingkat global. Apabila sangat lambat dalam memahami rotasi perubahan era ini (teknologi dan jaringan), dapat dipastikan akan tertinggal dalam arus peradaban berkemajuan.

Dengan memperhatikan pendidikan, masyarakat Indonesia diharapkan lebih siap dalam menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat, tidak lagi masih bergantung pada beberapa tradisi pembodohan, pekerjaan yang merumitkan, lebih giat meningkatkan kualitas diri sehingga cita-cita luhur bangsa tercapai seperti bangsa-bangsa lain yang sudah jauh melangkah pada kemajuan. Oleh sebab itu, kita harus mencetak pendidikan yang produktif dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif, inovatif dan partisipatif.

* Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UIN MALIKI Malang, Pegiat Kajian Sosiologi Pendidikan dan Penggagas Forum Kajian Simposium

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here