Banyak fenomena terjadi dikalangan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar seperti lupa dan bahkan jenuh dalam belajar. Tidak banyak siswa mengalami perkembangan di setiap tahunnya. Mungkin ada, tapi tidak banyak. Sebab, mayoritas dari anak-anak sekarang hanya berfokus pada mainan saja. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak dari sebagian siswa yang sudah tidak suka dengan pelajaran di sekolah. Sehingga membuat kebanyakan siswa tidak suka belajar atau tidak peduli lagi terhadap pelajaran. 

Jika kita amati, anak-anak sekolahan sekarang sudah mengerti dan mayoritas sudah menggunakan HP, yang seharusnya mereka dikenali dengan berbagai macam buku bacaan, kini sudah beralih ke teknologi. Sungguh miris sekali jika hal tersebut terjadi secara berulang dan membentuk kebiasaan mereka. Akibatnya, mereka sudah tidak suka belajar lagi. Maka dari itu, orang tua sangat berperan bagi bagi perkembangan anak-anaknya. Karena orang tua adalah sebagai motor penggerak kemana anaknya akan menjadi suatu kebanggaan bangsa dan Negara.

Tidak hanya orang tua yang menjadi motor penggerak bagi peserta didik, namun pendidik (guru) juga sangat berperan dalam mengajarkan peserta didiknya untuk belajar. Namun, sebelum orang lain yang merubah peserta didik (siswa) untuk dapat mencintai pelajaran, maka perlu dicari dan dibentuk minat dari peserta didik tersebut. Maka dari itu, minat sangat dibutuhkan sekali dalam belajar. Dan tidak lupa pula bakat dari peserta didik (siswa) sangat berperan dalam menopang kesuksesannya.

Terciptanya minat dalam belajar

Minat adalah kecenderungan atau keinginan hati yang tinggi untuk meraih apa yang kita inginkan terhadap sesuatu. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan oleh seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius, semangat, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan apapun, meskipun tantangan itu sulit sekalipun. Dengan adanya minat akan dapat berpengaruh terhadap sesuatu yang diminatinya. Tanpa minat, siswa tidak dapat mungkin melakukan sesuatu meskipun itu menyangkut pelajaran.

Sebagaimana Sardiman A.M. berpendapat dalam buku Psikologi Belajar bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang dapat dilihat dari ciri-ciri peserta didik, keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Jadi, minat harus dapat ditumbuh kembangkan lagi bagi siswa, sehingga membuat mereka lebih sukarela dan senang hati serta konsisten dalam mengikuti pembelajaran. Tentu hal tersebut akan menjadikan anak atau siswa benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan belajar yang sesungguhnya. Peran orang tua dan pendidik (guru) harus dapat menjadi fasilitator bagi si peserta didik (siswa) dalam membentuk minat anak dalam belajar.

Minat juga dapat mempengaruhi intensitas cita-cita dan mempermudah mencapai prestasi dalam belajar. Minat tidak dibawa sejak lahir, namun terbentuk setelahnya. Maka orang tua sejak dini harus dapat mendidik anak-anaknya untuk dapat mencintai ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama. Sehingga minat yang dimiliki sejak kecil akan terbawa sampai mereka dewasa. 

Menggali bakat peserta didik (siswa)

Bakat adalah kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang memungkinkan mereka untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat bisa diartikan sebagai kemampuan bawaan yang berupa potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lagi. Maka dari itu, peserta didik (siswa) harus dapat menemukan kemampuannya atau bakatnya dalam bidang-bidang tertentu. Karena bakat masih membutuhkan latihan, hal tersebut perlu digali kembali agar dapat terwujud secara nyata dan memungkinkan peserta didik (siswa) untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu.

Sama halnya dengan pendapat Wiliams B. Michael dalam buku Psikologi Belajar. Ia mendefinisikan bakat sebagai sebuah kemampuan seseorang atau potensi dan perilaku seseorang yang dapat membutuhkan latihan sebelumnya walaupun sedikit. Sementara Woodworth dan Marquiz mendefinisikan bakat sebagai prestasi yang dapat diprediksi dan dapat diukur dengan tes tertentu.

Anak sebagai peserta didik harus dapat menemukan bakatnya sendiri, karena bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang. Sebelum mengembangkan bakatnya, siswa harus memiliki minat yang merupakan aspek utama bagi pengembangan bakat. Bakat tanpa minat tidak berarti. Artinya, minat yang tinggi dan terus menerus dimanfaatkan untuk menggali bakat yang terpendam ini akan membuat seseorang mampu melakukan sesuatu meskipun orang tersebut tidak memiliki bakat. Sebaliknya, bakat tanpa minat juga akan mempersulit dalam pengembangan bakat tersebut.

Siswa sejak dini harus dapat menumbuhkan bakatnya sehingga dapat terpelihara sampai seterusnya. Minat bisa diciptakan, tetapi bakat merupakan bawaan yang tidak bisa diciptakan dengan tiba-tiba. Semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan orang lain, tetapi yang berbakat bisa menghasilkan kualitas yang lebih baik lagi.

Kesimpulannya, orang tua dan pendidik (guru) harus dapat membimbing dan menstimulasi (merangsang) peserta didik supaya dapat menciptakan minat sekaligus bakat yang sejak kini masih belum dikembangkan dan bahkan masih belum ditemukan potensi yang ada didalam dirinya. Bagi siswa, agar dapat memahami dan menyadari bahwa pentingnya belajar bagi seksuksesannya kelak akan sangat berguna sekali.

Tanpa meninggalkan aktifitas penggunaan media sosial yang sudah menjadi aktifitas rutin saat ini, siswa searif mungkin dapat menyeimbangkan antara waktu belajar dengan waktu bermain (atau menggunakan HP). Oleh karena itu, siswa yang dapat memahami tentang urgensi belajar tidak akan lepas dari adanya minat dan bakat yang harus diseimbangkan lagi demi menunjang atau menopang proses belajar, sehingga dekadensi minat dan bakat tidak ada lagi dalam proses pembelajaran dan Pendidikan.

* Penulis adalah Mahasiswa Semester 8 Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial IAIN Madura sekaligus Kontributor di Majalah Sosialita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here