image by Jorgen Mcleman via Shutterstock
image by Jorgen Mcleman via Shutterstock

Intelektualitas hanya akan menjadi racun yang mematikan nilai-nilai kemanusiaan  jika tidak dilandasi dan diiringi dengan spiritualitas, dan spiritualitas itu sendiri tidak akan bernilai jika moralitas berdasarkan tolak ukur rasio dan dogma saja.

Masalah moral adalah masalah yang pertama-tama muncul pada diri manusia, secara ideal maupun real. Secara ideal, yaitu ketika manusia diriupkan ruh untuk pertama kalinya dalam kehidupan, padanya disertakan rasio, penimbang baik dan buruk. Secara real, bahwa dalam kehidupan dan bermasyarakat dimana seseorang merupakan salah satu bagian dari keseluruhan, maka mula-mula muncul dalam kesadarannya adalah kewajiban apa yang harus diperbuat, yaitu mengenai hal yang baik dan buruk.

Moral lah yang sebenarnya membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya dan menempatkannya bila telah menjadi tertib pada derajat di atas mereka. Moral merupakan citra pembawaan insan karenanya ia tidak lepas dari “sumber yang awal” yaitu Allah SWT.

Dunia manusia senantiasa dikuasai oleh anggapan-anggapan mengenai yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Percakapan kita sehari-hari kebanyakan berisi penilaian, setiap hari jutaan orang membuat gosip mengenai hal-hal yang memuakkan yang dilakukan oleh teman sekelilingnya.

Sesungguhnya akhlak yang buruk itu dapat diubah menjadi akhlak yang baik, tentu saja dengan latihan yang sungguh-sungguh. Watak manusia itu berbeda-beda, sangat cepat menerima perubahan, sementara sisanya lamban untuk berubah. Hal itu dipengaruhi oleh 2 faktor:

  1. Dikuasai oleh nafsu syahwat yang sangat kuatnya sehingga untuk mengubah akhlak buruk ke akhlak yang terpuji perlu waktu.
  2. Naluri dikuatkan oleh kehendak budi pekerti sehingga mudah menuruti sesuatu kebaikan.

Disini lah manusia tidak hanya berbuat karena didorong oleh akal dan pikirannya saja, melainkan juga berbuat karena ada dorongan batin yaitu dorongan perasaannya, sebab manusia tidak hanya dianugerahi akal pikiran saja, tetapi juga dianugerahi perasaan. Perasaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap perbuatan manusia. Banyak manusia berbuat bukan karena tujuan yang menariknya, melainkan karena dorongan yang mendorong dari perasaan batinnya.

Dorongan atau motivasi merupakan keadaan psikologis yang merangsang dan mengarahkan manusia pada suatu aktivitas. Dorongan merupakan kekuatan yang menggerakkan dan mendorong aktivitas seseorang. Motivasi seseorang membimbingnya ke arah tujuan-tujuannya. Apapun dalam pandangan Islam yang menjadi pendorong yang paling kuat dan paling dalam untuk melakukan suatu awal perbuatan yang baik adalah akidah, iman yang terpatri dalam hati.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki 2 sifat, yaitu baik dan buruk. Manusia akan menjadi makhluk yang baik apabila dorongan jiwanya selalu diarahkan dan dibimbing kepada jalan yang baik pula, sebaliknya ia akan menjadi buruk dan tak bermoral, apabila hatinya selalu mengikuti dorongan nafsu jahatnya.

About The Author