Categories: FilsafatSosial

Dualisme Pemikiran Sang Revolusioner

Perubahan zaman yang disebabkan adanya konflik sosial menimbulkan keterbukaan diri manusia dari segi pemikiran yang kemudian membentuk pemikiran yang radikal untuk menuntut adanya suatu perubahan sistem sosial. Namun, pemikiran yang beragam tersebut menciptakan polarisasi dalam masyarakat sehingga timbul suatu pandangan yang pro dan kontra.

Revolusioner menyangkut orang-orang yang terlibat dalam suatu pergerakan revolusi. Revolusioner juga merujuk kepada segala sesuatu yang memiliki suatu pengaruh besar dan terjadi secara mendadak di dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi aktivitas manusia. Namun, dalam pergerakannya tidak jarang suatu perubahan mendadak dan masif tersebut menimbulkan gejolak sosial yang tidak siap atas suatu perubahan. Gejolak tersebut tidak terbatas pada tatanan sosial, namun akan berpengaruh kepada seluruh aspek kehidupan suatu kelompok.

Suatu pemikiran yang tercipta atas dasar kegelisahan yang disebabkan oleh sistem atau tatanan sosial yang tidak baik, dapat menimbulkan adanya gerakan-gerakan perubahan yang dituntut oleh sekelompok orang yang ingin merasakan kehidupan yang lebih baik dengan perombakan secara besar-besaran terhadap tatanan lama. Sehingga upaya yang dilakukan oleh beberapa pihak dalam mempertahankan status quo suatu motif sosial akhirnya dituntut oleh gerakan perubahan agar sistem menjadi lebih baik atau sekedar untuk melakukan restrukturisasi secara parsial.

Revolusioner yang Bersahaja

Manusia yang memperjuangkan kehendaknya untuk menciptakan tatanan sosial yang lebih baik berupaya secara kritis agar kelompok yang mengalami suatu ketertindasan atau penderitaan dapat keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. Para pemikir rovolusioner berupaya untuk melakukan analisis agar ia dapat dengan tepat mempersiapkan apa saja aspek yang memungkinkan digunakan sebagai alat dalam mengkritisi suatu hegemoni dan membawa permasalahan sosial tersebut agar dapat terselesaikan secara tepat.

Para pemikir revolusioner tersebut mempelajari ilmu-ilmu sosial dan khususnya setiap bidang ilmu yang mendukung keberlangsungan revolusi. Para revolusioner tersebut bergerak atas dasar pemahaman yang ia peroleh dari realitas di sekeliling dirinya, dimana penderitaan dan kekacauan menjadi dasar para pemikir revolusioner untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Perjuangan tersebut menuntut adanya kehendak bebas dalam diri agar ia tidak terikat pada kepentingan pribadi, sehingga kepentingan sosial yang sedang mereka perjuangkan dapat terpenuhi. Pola pikir yang berorientasi pada manusia dan alam tidak dapat kita pisahkan begitu saja sebagai entitas yang tidak saling bergantung. Alam dan manusia merupakan entitas yang berintegrasi untuk menciptakan kesinambungan dalam kehidupan. Manusia membutuhkan alam dan alam tergantung pada pola perilaku manusia yang tidak destruktif. Orientasi tersebut diperjuangkan untuk memenuhi pandangan ekosentrisme yang kemudian mampu menyelamatkan manusia dari keterpurukannya sebagai objek yang tertindas dan memperbaiki sistem yang kacau.

Revolusioner yang Keras Kepala

Terlepas dari pemikiran revolusioner yang berfokus pada upaya untuk perbaikan sistem dan motif sosial yang menyebabkan adanya beberapa pihak yang tidak mendapatkan haknya dengan baik. Namun, terlepas dari aspek yang dipandangan begitu bersahaja. Dalam pemikiran revolusioner terdapat suatu kemungkinan yang paling buruk untuk dipikirkan bahwa setiap pergerakan revolusi dapat menimbulkan suatu pergesekan yang tidak terhindarkan dan ia akan menyebabkan pertumpahan darah apabila tidak dapat dihindari.

Para pemikir revolusioner yang keras kepala biasanya akan mengambil langkah yang kurang optimal dan tidak memperhatikan masukan yang melibatkan pihak lainnya. Tindakan yang ceroboh tersebut membawa pada suatu paradigma bahwa revolusi tidak membawa suatu perubahan yang baik, namun akan cenderung menyebabkan suatu kehancuran parsial suatu kelompok tertentu. Tindakan revolusi menyebabkan adanya kehancuran di pihak yang sedang digugat ataupun pihak yang tidak tahu apa-apa. Pada dasarnya tindakan revolusi menghendaki adanya perubahan yang radikal bagi suatu sistem dan bisa memicu tindakan yang arbitrer.

“Tyrannical toward himself, he must be tyrannical toward others. All the gentle and enervating sentiments of kinship, love, friendship, gratitude, and even honor, must be supressed in him and give place to the cold and single-minded passion for revolution. For him, tehre exists only one pleasure, one consolation, one reward, one satisfication – the succes of the revolution. Night and day he must have but one thought, one aim – merciless destruction. Striving cold-bloodedly and indefatigably toward this end, he must be prepared to destroy him slef and to destroy with his own hands everything that stands in the path of the revolution.”

Beberapa pemikiran yang keras dan menuntut perubahan secara mendadak tersebut dapat menimbulkan kerusakan yang besar bagi kehidupan setelahnya. Kehidupan yang akan terbentuk apabila revolusi berhasil dilakukan tidak akan mudah dilakukan sebab mereka harus melakukan perbaikan kembali pada sistem sosial dan rasa takut yang timbul akibat tindakan-tindakan yang diambil.

Dualisme Revolusioner

Seperti dua sisi koin yang memiliki gambaran berbeda, tindakan revolusi membawa suatu perubahan untuk menyelamatkan kelompok atau entitas yang tertindas dan memperbaiki sistem. Namun, ia juga memberikan dampak yang destruktif bagi kelompok yang sedang digugat dan dapat menimbulkan efek pergesekan yang meluas hingga kepada aspek-aspek yang tidak terkait. Akibat dari dualisme tersebut kita harus menentukan suatu benang merah yang dapat mengikat pergerakan revolusioner menjadi gerakan yang tidak hanya membawa suatu perubahan yang baik, namun juga memperkecil peluang terjadinya kerusakan yang berlanjut sehingga menghambat suatu perbaikan yang akan dilakukan.

Perubahan-perubahan yang dituntut adalah suatu konsep sistematis yang sudah diwacanakan agar dapat berubah seiring dengan gerakan atau kritik yang dilontarkan kepada pihak tergugat. Perubahan yang dituntut demi suatu keadilan dan juga pemerataan hak asasi manusia agar kehidupannya tidak hanya terbatas pada lingkungan yang menindas dan mampu menciptakan suatu perubahan dari kesenjangan sosial yang terjadi.

Kehendak bebas yang dimiliki manusia sudah dibawa sejak lahir, namun tindakan yang menuntut kebebasan manusia tersebut terbatas pada kemampuan manusia dalam mengendalikan setiap dampak yang timbul. Sehingga batasan-batasan yang diperlukan harus dibentuk untuk menciptakan suatu lingkungan yang kondusif serta tidak memberikan suatu dampak buruk bagi kelompok atau entitas yang sedang diperjuangkan.

Dampak tersebut tidak akan terlihat secara implisit apabila suatu pergerakan dilakukan dengan langkah yang aman, namun ia timbul sebagai suatu bentuk serangan psikologis akibat adanya perbedaan sistem dan motif sosial yang baru saja terbentuk. Dualisme pemikiran revolusioner merupakan suatu oposisi di dalam dirinya sendiri dan tidak lagi dapat dipisahkan, ia merupakan suatu kencederungan tertentu pada masing-masing pemikir dalam melakukan praksis untuk memperjuangkan hak dan pembaharuan sistematis.

Referensi:

Nechayev, Sergey. 2020. Catechism Of A Revolusionist. Pattern Books;

Bertens, K, Jonahis Ohoitimur, Mikhael Dua. 2018. Pengatar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Angga Pratama

Seorang Materialis dan mengidolakan Friedrich Engels. Kucing adalah hewan peliharaan yang paling disukai, batagor dan siomay menjadi makanan favorit. Belum berpikir mencintai seseorang untuk hari ini, mungkin akan mencintai di hari jumat atau senin.

Share
Published by
Angga Pratama

Recent Posts

Agama dan Sains: Konflik Hingga Integrasi Keilmuan

Dilihat perspektif kesejarahan, agama dan sains mulanya bersahabat, ini pada abad 17 dimana keduanya pertama…

4 bulan ago

Konstruksi Patriarki dalam Ruang Seni

Beberapa tahun terakhir, ada peningkatan minat masyarakat Madura terhadap bidang seni. Peningkatan minat tersebut tidak…

6 bulan ago

Menjelajahi Konsep Kebebasan dalam Neon Genesis Evangelion melalui Lensa Filosofis Jean-Paul Sartre

Neon Genesis Evangelion merupakan salah satu anime yang sangat populer di seluruh dunia, terutama karena…

6 bulan ago

Globalisasi dan Konsekuensi Inferiority Complex

“Bodo amatlah pada standar kesuksesan yang diagungkan oleh society dan media. We Will be something,…

6 bulan ago

Hans Kelsen: Positivisme Hukum, Grundnorm, dan Stufenbau Theory

Memahami hukum bisa dibilang sebagai studi yang berfokus pada suatu sistem norma, dengan memiliki sifat…

8 bulan ago

Seni Bertahan Hidup ala Victor E. Frankl

Apa yang mungkin dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup? Kebanyakan orang tentu saja akan menjawab makan,…

8 bulan ago