Categories: Filsafat

Materialisme Dialektika: Filsafat Praktis Bagi Kelas Pekerja Untuk Perubahan Sosial

Pernahkah kita mendengar perbincangan di sekeliling kita yang ketika melihat fenomena alam lantas menghubungkannya dengan kekuatan-kekuatan adikodrati atau supranatural? Seperti misalnya menganalisa fenomena bencana alam tsunami yang terjadi di Palu tahun 2018. Banyak masyarakat menghubungkan fenomena tsunami tersebut dengan kondisi masyarakat setempat yang sudah jarang lagi melakukan ibadah kepada Tuhan. Mendengar pernyataan itu kita wajib bertanya, apakah kedua hal itu memang benar-benar terhubung? Apakah tsunami sebagai gejala alam yang sifatnya material punya hubungan dengan kekuatan supranatural-adikodrati? Dalam hal ini kemarahan Tuhan karena masyarakat setempat yang tidak lagi melakukan ibadah kepadaNya? Jika teman-teman masih mendapatkan pandangan yang demikian lalu mengafirmasinya, itu berarti teman-teman sudah terjebak dengan cara berpikir idealisme.

Saya menyarankan teman-teman membaca buku “Materialism and The Dialectical Method” karya Maurice Cornforth, sebuah buku yang memberikan pengetahuan menganalisa realitas bukan dengan selalu menghubungannya dengan kekuatan supranatural, seperti halnya keyakinan idealisme, tetapi melihatnya sebagai gejala-gejala yang sifatnya material. Penting menjadi catatatanbahwa substansi buku ini bukan hanya berbicara tentang bagaimana melihat gejala fenomena alam dengan pandangan material, yang dalam pandangan filsafat disebut dengan materialisme. Substansi buku ini sebenar-benarnya adalah melihat fenomena masyarakat dengan pandangan material. Pandangan yang melihat alam dan masyarakat sebagai bagian dari hal material yang terus-menerus berubah dan saling berkontradiksi sepanjang waktu atau singkatnya material yang berdialektika terus-menerus.

Buku ini ditulis oleh Maurice Cornforth, seorang filsuf marxis asal Inggris sekaligus ideolog terkemuka Partai Komunis Inggris Raya. Tentu Maurice Cornforth membuat buku ini dengan satu tujuan visioner, yakni bagaimana kelas pekerja bisa mempunyai landasan filsafat teoritis dan praktis dalam gerakan sosial untuk melakukan perubahan besar mewujudkan sosialisme. Cornfroth menyadari bahwa buku yang ia tulis ini tidak lebih dari hanya sebuah pengantar untuk memahami beberapa ide filosofis kunci dari marxisme yang masih tetap dipertahankan oleh kaum pekerja yang mengaku marxis. Buku ini terdiri dari dua bagian, di mana bagian pertama berbicara tentang materialisme yang terdiri dari lima bab pembahasan. Bagian kedua buku ini yang berjudul dialektika memiliki enam bab pembahasan. Sistematika penulisan dalam tulisan ini akan memberikan gambaran singkat pada masing-masing bab pembahasannya.

Filsafat Selalu Bercorak Kelas

Maurice Cornforth di bab satu bukunya menjelaskan terkait asal usul pandangan filsuf. Menurut Cornforth asal usul pandangan filsuf selalu memiliki dasar yang bersifat sosial selalu mencerminkan hubungan sosial dan oleh karena itu tidak muncul sebagai sesuatu yang siap pakai dari kepala filsuf. Bagi Cornforth seluruh periode sejarah, termasuk juga sejarah filsafat dan berbagai pandangan yang ada di dalam masyarakat selalu mengekspresikan pandangan dari berbagai kelas yang hadir dalam realitas masyarakat. Oleh sebab itu kita bisa melihat bahwa berbagai sistem filsafat yang dibuat oleh para filsuf akan selalu mengekspresikan pandangan suatu kelas dalam masyarakat

Hal itu hadir karena setiap filsuf tiidak mungkin berpikir dalam keterasingannya dari masyarakat, dan karena itu juga dari kepentingan kelasnya. Filsuf, menurut Cornforth tidak akan dapat hidup dan bertindak dalam isolasi dirinya pada satu bentuk masyarakat. Berangkat dari fakta itu, Cornforth berpesan bahwa kita harus menemukan corak filsafat yang memiliki kepentingan pada pekerja sebagai kelas yang tertindas dalam masyarakat dan filsafat itu disebut sebagai materialisme dialektika, filsafat khas kaum marxis.

Antara Idealisme dan Materialisme

Di bab dua, Cornforth menjelaskan tentang perbedaan pandangan idealisme dan materialisme. Perbedaan antara keduanya menurut Cornforth mengemuka ketika menafsirkan fenomena alam, seperti badai petir. Apa yang menyebabkan badai petir? Kaum idealis akan menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa badai petir terjadi karena murka dewa, dewa menjadi marah lalu mengatur agar kilat dan halilintar turun ke atas manusia.

Pandangan demikian bertentangan dengan kaum materialis. Kaum materialisme, khususnya materialisme kuno akan mencoba menjelaskan dan memahami badai petir sebagai semata-mata yang kita sebut sebagai kekuatan alam. Seorang materialisme kuno menyarankan  melihat penyebab terjadinya badai petir tidak dengan menghubungkannya dengan kemarahan para dewa,  melainkan disebabkan oleh partikel material di awan yang terbentur satu sama lain. Menurut Cornforth, meskipun penjelasan material seperti itu belum memuaskan tetapi pada intinya materialisme akan melihat badai petir timbul dari penyelidikan ilmiah tentang kekuatan alam yang terlibat, bukan menghubungkanya dengan kemarahan para dewa.

Dari perbedaan cara pandang melihat fenomena itu, Cornforth membedakan materialisme dan idelaisme berdasarkan karakteristiknya. Bagi Cornfoth Ada tiga penegasan utama tentang idealisme. Pertama, Idealisme menegaskan bahwa dunia material bergantung pada hal-hal bersifat rohani atau supranatural. Kedua, Idealisme menegaskan bahwa roh, atau pikiran, atau gagasan, dapat ada terpisah dari materi (Yang paling ekstrim nentuk penegasan ini adalah idealisme subjektif, yang menegaskan materi itu tidak ada sama sekali tetapi murni ilusi). Ketiga, Idealisme menegaskan bahwa ada alam misterius dan manusia tidak dapat mengetahuinya.

Sedangkan ajaran dasar materialisme bertentangan dengan hal itu. Pertama, materialisme mengajarkan bahwa dunia ini pada dasarnya materi, bahwa segala sesuatu yang ada dapat menjadi menjadi ada atas dasar penyebab material, muncul dan berkembang sesuai dengan hukum gerak materi. Kedua, materialisme mengajarkan bahwa materi adalah realitas objektif ada di luar dan independen dari pikiran, segala sesuatu yang bersifat mental atau spiritual adalah produk dari proses materi. Ketiga, materialisme mengajarkan bahwa dunia dan hukumnya dapat diketahui lewat pengetahuan mendalam dan spesifik.

Cornforth menegaskan bahwa perbedaan melihat realitas antara materialisme dan idelaisme mempunyai dampak praktis yang berbeda, khususnya dalam mengalisa gerak sistem kapitalisme. Parahnya, menurut Cornforth orang-orang yang mengaku sosialis yang sebenarnya harus berjuang di garis materialis masih terjebak pada gagasan idealis. Cornforh menjelaskan bahwa banyak sosialis berpikir bahwa apa yang pada dasarnya bermsalah dengan kapitalisme adalah ketika barang yang didistribusikan secara tidak adil oleh kapitalis dan seandainya kaum kapitalis menerima konsep tentang keadilan, maka kita bisa menyingkirkan kejahatan kapitalisme. Sosialisme bagi mereka tidak lain adalah realisasi dari yang abstrak gagasan keadilan.

Bagi Cornforth, para sosialis ini melupakan cara untuk mencari bahan penyebab yang sebenarnya. Bagi sosialis yang berjuang di garis materialis akan mempertanyakan asumsi para sosialis yang terjebak pada jalur idealis. Mereka akan mempertanyakan untuk apa sebenarnya menentukan cara barang didistribusikan dalam masyarakat kapitalis jika kekayaan dinikmati oleh satu bagian masyarakat, sementara yang lain dan sebagian besar hidup dalam kemiskinan

Mereka percaya bahwa akar masalahnya bukanlah ada pada ide-ide tentang distribusi kekayaan yang menjadi dasar masalah, tetapi fakta material bahwa cara produksi kapitalisme bertumpu pada eksploitasi pekerja oleh kapitalis. Oleh sebab itu, Cornforth mengintruksikan bahwa tugas kaum sosialis adalah untuk mengatur dan memimpin perjuangan kelas pekerja melawan kelas kapitalis sampai pada titik di mana kelas pekerja bisa mengambil kekuasaan kelas kapitalis

Materialisme Mekanik dan Materialisme Dialektika

Dalam bab tiga, empat dan lima, Cornforth lebih spesifik membahas satu jenis materialisme, yakni materialisme mekanis yang berbeda dengan materialisme dialektika yang dibela oleh Cornforth dan kaum marxis. Bagi kaum materialis mekanistik. Dunia ini hanya terdiri partikel materi. Setiap partikel memiliki keberadaan yang terpisah dan berbeda dari hal lainnya, dalam suatu totalitas. Teori seperti itu setara dengan melihat seluruh dunia sebagai tidak lain hanyalah sebuah mesin yang kompleks,

Bagi Cornforth, materialisme mekanistik ini merupakan tonggak penting dalam pemahaman tentang alam dan langkah progresif yang hebat dari para pemikir borjuis, sekaligus sebuah pukulan kuat terhadap idealisme. Menurut Cornforth para pembela materialisme mekanik mengobarkan perjuangan melawan idealisme dengan mencoba memperluas konsepsi mekanistik melalui penyelidikan ilmiah tentang alam. Mereka berusaha untuk memasukkan manusia dan semua aktivitas spiritualnya dalam sebuah sistem mekanistik dari dunia alam.

Materialis mekanis melihat manusia itu sendiri sebagai mesin. Pandangan bahwa manusia adalah mesin berakar pada pandangan bahwa dalam produksi manusia hanyalah pelengkap dari mesin. Ini menyiratkan bahwa mesin dan manusia harus dirawat dengan baik dan disimpan dalam kondisi baik maka diperlukan usaha menjaga mesin dan manusia agar tetap bisa bekerja. Inilah alasan mengapa pandangan materialisme mekanik selalu bercorak borjuis.

Cornforth mengutip buku Marx berjudul “Tesis Tentang Feuerbach” yang mengkritik materialisme mekanik karena menganggap manusia dihasilkan oleh keadaan yang berubah dan mereka lupa bahwa keadaan bisa diubah justru oleh manusia. Cornforth mengingatkan kita bahwa jika kita menerima tesis pokok materialisme mekanik bahwa manusia hanyalah produk dari keadaan, kita tidak akan bisa keluar dari sistem kapitalisme yang menindas kita saat ini,  Alih-alih menerima tesis materlisme mekanik, Cornforth mengeaskan bahwa kita harusnya berpengang teguh pada materialisme dialektik yang memiliki pandangan bahwa manusia dapat mengubah keadaan mereka sendiri, bukan hanya sebagai hasil mekanis dari seperti mesin, tetapi sebagai akibat dari akivitas manusia dalam mengubah keadaan mereka.

Materialisme dialektik mempunyai pandangan bahwa dalam materi selalu ada gerak, bahwa gerak adalah modus keberadaan materi, sehingga tidak mungkin ada materi tanpa gerak. Pandangan inilah yang menjadi dasar filosofis melihat sistem kapitalisme bukan sebagai kondisi yang tetap dan tidak akan berubah. Bagi kaum marxis yang memiliki pandangan materialisme dialektika, kapitalisme hanya dilihat sebagai proses yang bisa digantikan dengan sistem yang lain, yakni sosialisme.

Itulah sebabnya menurut Cornforth, para pemikir borjuis tidak dapat menjawab terkait kekuatan material nyata dari pembangunan di alam dan masyarakat. Hanya materialisme dialektika sebagai filsafat pelopor revolusioner kelas pekerja yang bisa melakukannya. Bagi Cornforh penemuan Marx tentang hukum materialisme dialektika tidak hanya menunjukkan kepada kita bagaimana perkembangan dilaektika alam terjadi, tetapi menunjukkan bagaimana cara memahami perubahan sosial masyarakat dan bagaimana mengobarkan perjuangan kelas pekerja untuk mewujudkan sosialisme.

 

Metafisika dan Dialektika

Dalam bab enam dan tujuh, Cornforth mencoba memisahkan secara tegas antara metaifisika dan dialektika. Menurut Cornforth, metafisika adalah cara berpikir yang mencoba untuk memperbaiki sifat-sifat dan potensi segala sesuatunya dengan menyamakan satu hal menjadi keseluruhan. Hal itu mengandaikan bahwa setiap hal memiliki sifat tetap. Metafisika berpikir dalam istilah “hal tetap” dibanding “proses”. Pandangan metafisika mencoba untuk meringkas semuanya dalam sebuah rumus, yang menjelaskan bahwa seluruh dunia terdiri dari hal-hal yang tetap. Metafisika berpikir dalam kerangka hal-hal yang “siap pakai”, yang sifat dan potensi ditentukan sekali dan berlaku untuk semua. Pandangan ini juga melihat setiap hal terpisah satu dengan yang lainnya

Berlawanan dengan cara berpikir abstrak dan metafisik, bagi Cornforth dialektika mengajarkan kita untuk memikirkan hal-hal dalam perubahan nyata mereka dan interkoneksi. Berpikir secara dialektis berarti berpikir secara konkret, dan berpikir secara konkret berarti berpikir secara dialektis. Dialektika tidak memandang alam hanya sebagai kumpulan hal-hal yang masing-masing ada secara independen dari yang lain, tetapi menganggap hal-hal sebagai sesuatu yang terhubung, bergantung pada, dan ditentukan satu sama lain.

Selain itu dialektika menganggap segalanya seperti dalam keadaan gerakan dan perubahan terus-menerus di mana sesuatu selalu muncul dan berkembang dan sesuatu selalu hancur dan mati. Oleh karena itu cara berpikir dialektika menganggap hal-hal “tidak hanya dari sudut pandang interkoneksi dan saling ketergantungan mereka, tetapi juga dari sudut pandang gerakan, perubahan, dan perkembangannya.

Menurut Cornforth, pendekatan dialektis ini berlaku juga dalam setiap ilmu pengetahuan, seperti ilmu biologi. Dalam ilmu biologi pendektan ini dapat dilihat dalam teori evolusi spesies hidup. Ide dasar Darwin adalah hubungan timbal balik organisme dan lingkungan dalam proses-proses evolusi. Darwin mengkritik teori-teori sebelumnya yang telah puas menggambarkan setiap spesies secara terpisah dan menganggap masing-masing memiliki sifat tetap yang tidak dapat dimodifikasi, hanya diciptakan sekali untuk selamanya,

Kuantitas ke Kualitas, Kontradiksi, dan Negasi

Bab delapan, sembilan, dan sepuluh, Maurice Cornforth mencoba membedah dialektika dengan tiga konsep kunci, yaitu kuantitas ke kualitas, kontradiksi, dan juga negasi. Cornforth terlebih dahulu membedakan dua hal yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berarti menjadi lebih besar, tetapi hanya secara kuantitatif sedangkan perkembangan berarti tidak bertambah besar, tetapi melewati tahap kualitatif baru. Misalnya, seekor ulat tumbuh lebih panjang dan lebih gemuk; kemudian itu berputar sendiri menjadi kepompong, dan akhirnya muncul sebagai kupu-kupu. Ini adalah pengembangan. Seekor ulat tumbuh menjadi ulat yang lebih besar; lalu berkembang menjadi kupu-kupu. Inilah yang disebut hukum transformasi dari kuantitas menjadi kualitas.

Dalam buku ini Cornforth mengeaskan bahwa hukum transformasi kuantitatif menjadi perubahan kualitatif ini juga ditemui dalam masyarakat.  Sebelum sistem kapitalisme industri muncul, awalnya terjadi sebagai proses akumulasi kekayaan dalam bentuk uang dalam bentuk beberapa tangan pihak swasta (sebagian besar oleh penjarahan kolonial), dan dari pembentukan proletariat yang tidak memiliki properti (dengan selungkup dan pengusiran petani dari tanahnya). Pada titik tertentu dalam prosesnya ketika uang telah cukup diakumulasikan untuk menyediakan modal untuk usaha industri, ketika cukup banyak orang telah diproletariatkan untuk menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan, syarat-syaratnya telah matang untuk perkembangan kapitalisme industri. Inilah contoh konkret hukum kuantitas dan kualitas bekerja dalam realitas masyarakat.

Setelah menjelaskan hukum kuantitas ke kualitas, hukum dialektika yang selanjutnya yang dijelaskan oleh Cornforth adalah kontradiksi. Cornforth menjelaskan kontradiksi dalam dialektika yang disebut sebagai kontradiksi yang nyata. Kontradiksi nyata adalah kesatuan yang berlawanan. Dalam kesatuan berlawanan, hal-hal yang berlawanan disatukan dalam hubungan ketergantungan timbal balik, di mana masing-masing adalah kondisi keberadaan dari yang lain, misalnya, kontradiksi kelas antara pekerja dan kapitalis. Dalam masyarakat kapitalisme terdapat suatu kesatuan yang saling bertentangan antara para pekerja dan kapitalis, dimana  para pekerja tidak dapat ada tanpa kapitalis maupun sebaliknya.

Kesatuan yang berlawanan ini merupakan inti dari sistem sosial kapitalisme dimana kapitalis mengeksploitasi pekerja dan pekerja dieksploitasi oleh kapitalis. Ini adalah kesatuan yang berlawanan dalam kontradiksi yang tak terhindarkan. Menurut Cornforth, hukum kontradiksi ini penting untuk memahami hukum perkembangan bagaimana mereka bekerja. Cornforth menjelaskan bahwa suatu proses biasanya tidak hanya mengandung satu tetapi banyak kontradiksi dan untuk memahami suatu proses kita harus memperhitungkan semua kontradiksinya dan memahami hubungan antar mereka.

Hukum ketiga dialektika yang dijelaskan oleh Cornforth adalah negasi, tepatnya negasi atas negasi. Cornforth menjelaskan negasi atas negasi sebagai hukum perubahan yang menyatakan bahwa sesuatu yang baru akan menggantikan  yang lama dan yang lama telah mati menuju kebangkitan yang baru. Kebaruan sesuatu tidak lahir dari luar kematian yang lama, tetapi lahir dari sesuatu yang tertanam dari kematian yang lama.

Ini bisa dilihat dalam konteks perkembangan masyarakat. Seperti yang telah disinggung sebelumnya dalam transisi dari kapitalisme ke sosialisme, apa yang baru dan meningkat dalam kehidupan ekonomi masyarakat kapitalis adalah produksi yang harusnya bersifat sosial bertentangan dengan orientasi keutungan dari produksi kapitalis yang hanya bersifat pribadi. Pertentangan antara produksi sosial dan orientasi keutungan yang bersifat individual akan memunculkan konflik kelas pekerja melawan kelas kapitalis. Bagi Cornforth inilah sebenar-benarnya perjuangan kelas pekerja untuk mewujudkan sosialisme.

Di bab terakhir bukunya, di Cornforth kembali menegaskan filsafat materialisme dialektika sebagai suatu pandangan dunia ilmiah. Dikatakan pandangan ilmiah karena materialisme dialektika didasarkan pada pertimbangan hal-hal sebagaimana adanya, tanpa asumsi praduga yang sewenang-wenang (fantasi idealis); itu menegaskan bahwa materialisme dialektika harus didasarkan pada penyelidikan dan pengalaman yang sebenarnya. Penyelidikan dan pengalaman itu selayaknya harus terus-menerus diuji dalam terang praktek dan pengalaman lebih lanjut

Bagi Cornforth, filsafat marxisme membuat sosialisme menjadi ilmu dengan mendasarkannya pada analisis gerakan sejarah aktual yang sebenarnya, dari hukum ekonomi gerak masyarakat kapitalis pada khususnya, dengan demikian menunjukkan bagaimana sosialisme muncul sebagai tahap berikutnya yang diperlukan dalam evolusi masyarakat, dan bagaimana hal itu bisa terjadi lewat perjuangan kelas pekerja, melalui kekalahan kelas kapitalis.

Kesimpulan

Buku Cornforth ini sangat penting karena bisa menjadi landasan teoritis yang memadai untuk dijadikan perjuangan kaum progresif untuk mewujudkan masa depan tanpa kapitalisme. Kita sering kali melihat aksi-aksi yang membawa panji-panji revolusioner dengan semangat menggebu-gebu menginginkan sistem yang lebih adil dibanding kapitalisme. Sayangnya, gerakan-gerakan tersebut tidak dipersenjatai oleh teori revolusioner yang memadai untuk menjadi landasan teoritis gerakan revolusioner tersebut.

Inilah pentingnya buku Cornforth ini, dalam bukunya ia sendiri menjelaskan bahwa materialisme dialektis adalah filsafat praktik, yang bersatu tak terpisahkan dengan praktik perjuangan untuk sosialisme. Bagi Cornforth tanpa filsafat seperti ini, gerakan tidak dapat mencapai kesadaran akan dirinya sendiri dan kesadarannya akan tugas kelas pekerja yaitu mengakhiri sistem kapitalisme dan membangun sosialisme.

Daftar Pustaka

Cornforth, M. 1968. Materialism and the Dialectical Method, Fourth revised Edition. International Publisher:New York.

Muhammad Ifan Fadillah

Lahir di Makassar 06 Januari 1998, menamatkan pendidikan S1 Manajemen di Universitas Hasanuddin dan S2 Manajemen di Universitas Hasanuddin. Minat kajian seputar filsafat, ekonomi politik, dan manajemen sumber daya manusia.

Share
Published by
Muhammad Ifan Fadillah

Recent Posts

Agama dan Sains: Konflik Hingga Integrasi Keilmuan

Dilihat perspektif kesejarahan, agama dan sains mulanya bersahabat, ini pada abad 17 dimana keduanya pertama…

4 bulan ago

Konstruksi Patriarki dalam Ruang Seni

Beberapa tahun terakhir, ada peningkatan minat masyarakat Madura terhadap bidang seni. Peningkatan minat tersebut tidak…

6 bulan ago

Menjelajahi Konsep Kebebasan dalam Neon Genesis Evangelion melalui Lensa Filosofis Jean-Paul Sartre

Neon Genesis Evangelion merupakan salah satu anime yang sangat populer di seluruh dunia, terutama karena…

6 bulan ago

Globalisasi dan Konsekuensi Inferiority Complex

“Bodo amatlah pada standar kesuksesan yang diagungkan oleh society dan media. We Will be something,…

6 bulan ago

Hans Kelsen: Positivisme Hukum, Grundnorm, dan Stufenbau Theory

Memahami hukum bisa dibilang sebagai studi yang berfokus pada suatu sistem norma, dengan memiliki sifat…

8 bulan ago

Seni Bertahan Hidup ala Victor E. Frankl

Apa yang mungkin dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup? Kebanyakan orang tentu saja akan menjawab makan,…

8 bulan ago