Categories: EkonomiSosial

Konversi Nilai Guna dan Pelemahan Citayam Fashion Week

Fenomena-fenomena yang terjadi di dunia ini merupakan bagian dari kehidupan manusia. Aktivitas manusia dan alam semesta ini tersusun dari fenomena mikro dan kemudian membentuk suatu rantai fenomena makro yang dapat digeneralisasi menjadi suatu analisis. Analisis yang dihasilkan tersebut dapat menjadi ketetapan bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya dan menjadi titik tolak perilaku apabila menghadapi suatu fenomena tertentu. Citayam Fashion Week dan respon yang diberikan oleh masyarakat begitu beragam, ia membentuk berbagai macam opini dan narasi pro-kontra. Ini berdasarkan pada suatu pengenalan aposteriori. Fenomena Citayam Fashion Week ini pernah terjadi sebelumnya dengan konsep yang sedikit berbeda dengan yang saat ini terjadi di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan oleh remaja di wilayah pinggiran jakarta ini, sebagai bentuk dari kreatifitas lokal dan pertumbuhan eksistensi organik. Namun, akibat dari perkembangan trend dan arus informasi media sosial yang sangat cepat, membuat Citayam Fashion Week ini terancam menjadi suatu produk yang dapat diklaim oleh siapa saja selama ia memiliki kapasitas untuk melakukan klaim tersebut.

Nilai guna yang dihasilkan dari Citayam Fashion Week ini tidak hanya sebatas ekspresi para remaja dan ajang pencarian eksistensi. Namun, nilai guna ini tidak dapat dihindari begitu saja bagi suatu kegiatan dan aktivitas manusia. Nilai guna tertentu yang bersifat privat hanya akan berguna bagi penggunanya sebatas upaya pemenuhan kebutuhan individual, namun nilai guna yang bersifat publik tersebut mampu memberika suatu dampak sosial-ekonomi yang luas bagi perkembangan pihak yang terkait. Integrasi elemen-elemen yang terlibat di dalam suatu pergerakan atau trend (Citayam Fashion Week) ini membentuk suatu simbiosis mutualisme bagi para produsen dan konsumen skala kecil. Keuntungan tersebut terlihat pada tingkat konsumsi para remaja dalam memanfaatkan busana yang mereka gunakan untuk Fashion Show. Komoditas fashion yang terbatas pada kemampuan konsumsi para remaja ini akhirnya menimbulkan suatu nilai lebih yang dihasilkan dari tindakan-tindakan komersial para remaja untuk menarik perhatian dan perkembangan fashion lokal.

Konversi Nilai Guna dan Implikasi Dasar Manajemen Komoditas

Akibat dari kekurangan daya konsumsi para remaja untuk mendapatkan produk fashion yang mereka butuhkan. Akhirnya menyebabkan nilai guna yang mereka hasilkan dari aktivitas mereka masih banyak dan belum dapat terealisasikan secara maksimal. Nilai guna tersebut dapat dimaksimalisasi dengan pengubahan tingkat konsumsi para pelaku Citayam Fashion Week. Nilai guna yang dihasilkan tadi dapat berpengaruh pada nilai tukar yang menjadi incaran para kapitalis untuk mentransformasi kapital yang mereka miliki menjadi suatu nilai lebih dari aktivitas produksi yang mereka lakukan.

Nilai guna dari Citayam Fashion Week ini merupakan segementasi pasar yang bersifat sementara apabila ia hanya dijalankan dan didasarkan pada orientasi keuntungan semata. Keuntungan yang ingin dicapai oleh para kapitalis ketika berhasil melakukan tindakan pengambil alihan dengan proses yang berlaku tersebut menuntut adanya pergerakan kapital yang tidak terbatas pada perilaku konsumsi para pelaku dan manusia yang terinspirasi dengan Citayam Fashion Week. Komoditi yang berusaha mereka ciptakan dari Citayam Fashion Week ini hanya sebatas upaya memperkaya diri dan kelompok tertentu. Penekanan pada konversi ini bertujuan agar nilai guna yang diciptakab dapat dihabiskan sebelum adanya penyusutan nilai guna dari Citayam Fashion Week.

Segementasi komoditas yang sudah diidentifikasi sebelumnya memiliki pengaruh yang kuat untuk mengendalikan pergerakan pemasaran dan kontrol atas komoditi yang akan diproduksi mengikuti segmentasi Citayam Fashion Week. Secara implisit kita akan menemukan pembatasan tertentu komoditi yang dapat dikonsumsi oleh para remaja dan manusia yang ter-influence untuk mengikuti fashion para pelaku Citayam Fashion Week. Pembatasan ini terjadi pada produsen yang sudah menyasar Citayam Fashion Week sebagai persebaran produk mereka. Batasan yang terbentuk ini meliputi: produksi produk yang tidak sejenis, variasi komoditas, monopoli produsen dan efisiensi produksi. Berdasarkan beberapa batasan yang diciptakab tersebut, para produsen berupaya agar nilai guna yang ada dapat terbagi secara merata kepada para produsen lainnya dan menghindari adanya segregasi antara para kapitalis komersial dan kapitalis perseorangan.

Pelemahan Citayam Fashion Week

Sebagai suatu gerakan organik remaja, Citayam Fashion Week adalah wujud nyata dari eksistensi para remaja yang berasal dari pinggiran jakarta untuk menampilkan kemampuan mereka sebagai anak-anak muda yang kreatif. Namun, dengan suatu upaya komodifikasi dan juga penyerapan nilai guna secara utuh, dapat memicu pelemahan internal dari kegiata Citayam Fashion Week. Pelemahan ini berdasarkan pada pola konsumsi yang diperbaharui agar nilai tukar yang diperoleh maksimal dan nilai lebih yang dihasilkan tersebut mempu menjadi suatu sirkulasi kapital bawaan dari para kapitalis komersial dan kapitalis perseorangan.

Dengan motif komodifikasi yang menjadi latar belakang Citayam Fashion Week yang baru, nantinya ia dapat membuat keberlangsungan dari kegiatan tersebut terbatas pada tindakan yang hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan dan melakukan sirkulasi kapital sementara. Kapital yang bergerak tersebut pada akhirnya tidak dapat bertahan lama karena fenomena tersebut tidak lagi berkembang secara organik. Akibat dari tindakan yang hanya dilakukan untuk memenuhi keuntungan dari nilai guna tersebut, perkembangan Citayam Fashion Week akan terbatas dan melemah waktu ke waktu. Apabila tindakan komodifikasi dan maksimalisasi konversi ini terjadi, ide-ide yang dihasilkan bukan berasal dari para remaja.

Namun, justru berasal dari suatu individu atau kelompok yang mengatur pergerakan kegiatan Citayan Fashion Week. Pengaturan yang sistematis tersebut akan cenderung kaku dan tidak menjadi bagian dari kreatifitas para remaja. Bagian tersebut telah dilumpuhkan oleh motif ekonomi dan produksi nilai lebih dari komoditas yang dipatok agar upaya pemasaran dan pemenuhan segmentasi pasar dapat mencapai persentase paling tinggi. Dengan nilai lebih yang diperoleh tersebut ia dapat menciptakan suatu sirkulasi baru bagi upaya produksi komoditas. Ia terbentuk mengikut sisa nilai guna yang perlahan akan semakin menyusut apabila terbatas pada suatu generalisasi para kapitalis komersial dan kapitlis perseorangan.

Pertumbuhan Non-Organik

Pertemuan antara para kapitalis komersial, kapitalis perseorangan dan nilai guna yang masih belum dimanfaatkan secara optimal, dapat menimbulkan suatu permasalah baru yang muncul sebagai wujud adanya upaya intervensi oleh pelaku ekonomi. Para pelaku ekonomi ini tidak hanya sebatas agen-agen yang mencari keuntungan dibalik perkembangan suatu fenomena, ia juga merupakan agen yang memiliki peran penting untuk mengembangkan fenomena tersebut agar dapat bertahan lebih lama sebagai objek bisnis. Usaha yang dilakukan tersebut menimbulkan suatu pertumbuhan tidak organik dan memiliki suatu kecenderungan pemenuhan kebutuhan suatu kelompok tertentu. Akibatnya para remaja tersebut terlibat dalam upaya penyebaran suatu gaya atau trend yang bukan lagi minimalis dari sisi konsumsi, namun ia akan menjadi bagian dari upaya pemasaran yang begitu menyeluruh bagi komoditi tertentu.

Singkatnya para remaja sudah tidak memiliki suatu kebebasan untuk menjalankan kegiatan yang mereka inginkan, dengan memperhatikan adanya suatu kontrol implisit dari agen-agen ekonomi. Mereka akan dihadapkan pada tuntutan komersial yang memerlukan tindakan aktif dari para remaja untuk melakukan komersialisasi komoditi yang sudah mereka dapatkan dari perilaku konsumsi aktif. Perkembangan kegiatan yang awalnya untuk mendapatkan dan merumuskan suatu eksistensi tidak lagi berjalan sedemikian rupa. Ia dilakukan untuk memenuhi tuntutan peningkatan nilai guna agar nilai tukar yang dihasilkan semakin besar dan bertahan lama. Nilai tukar ini yang kemudian membentuk perilaku non-organik pada perkembangan fenomena tertentu.

Referensi:

Bertens, K, Jonahis Ohoitimur, Mikhael Dua. 2018. Pengatar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius;

Marx, Karl. 1991. Kapital III. Yogyakarta: Hasta Mitra – Ultimus – Institute for Global Justice.

Angga Pratama

Seorang Materialis dan mengidolakan Friedrich Engels. Kucing adalah hewan peliharaan yang paling disukai, batagor dan siomay menjadi makanan favorit. Belum berpikir mencintai seseorang untuk hari ini, mungkin akan mencintai di hari jumat atau senin.

Share
Published by
Angga Pratama

Recent Posts

Agama dan Sains: Konflik Hingga Integrasi Keilmuan

Dilihat perspektif kesejarahan, agama dan sains mulanya bersahabat, ini pada abad 17 dimana keduanya pertama…

4 bulan ago

Konstruksi Patriarki dalam Ruang Seni

Beberapa tahun terakhir, ada peningkatan minat masyarakat Madura terhadap bidang seni. Peningkatan minat tersebut tidak…

6 bulan ago

Menjelajahi Konsep Kebebasan dalam Neon Genesis Evangelion melalui Lensa Filosofis Jean-Paul Sartre

Neon Genesis Evangelion merupakan salah satu anime yang sangat populer di seluruh dunia, terutama karena…

6 bulan ago

Globalisasi dan Konsekuensi Inferiority Complex

“Bodo amatlah pada standar kesuksesan yang diagungkan oleh society dan media. We Will be something,…

6 bulan ago

Hans Kelsen: Positivisme Hukum, Grundnorm, dan Stufenbau Theory

Memahami hukum bisa dibilang sebagai studi yang berfokus pada suatu sistem norma, dengan memiliki sifat…

8 bulan ago

Seni Bertahan Hidup ala Victor E. Frankl

Apa yang mungkin dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup? Kebanyakan orang tentu saja akan menjawab makan,…

8 bulan ago