image by https://almirabalkies.wordpress.com/
image by https://almirabalkies.wordpress.com/

Tanahku, tanah surga. Indonesia memang kaya. Negara agraris yang banyak penduduknya berprofesi sebagai petani. Padi merupakan bahan pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, bibit-bibit unggul dan hasil beras yang berkualitas dapat kita peroleh dengan mudah di bumi agraris ini. Hasil ekspor bahan pokok seperti beras, gandum, jagung dan rempah-rempah lainnya, mampu meningkatkan pendapatan negara. Jadi, yang menjadi alasan kuat kenapa dahulu negara kita ini sering dijajah oleh bangsa asing, karena kekayaan yang melimpah tertanam di gemburnya tanah, dan luasnya lautannya.

Tidak hanya tanah yang subur dan kaya, hasil laut yang melimpah dengan hidupnya ribuan spesies ikan air laut maupun air tawar. Berisi sekitar 37% spesies ikan dunia, atau sekitar 8.500 spesies ikan di seluruh dunia, ada di laut kita Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Departemen Perikanan Tangkap Universitas Diponegoro, Abdul Kohir Mudzakir. Seharusnya dengan kenyataan ini, dapat dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan yang mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. So, menjadi tanda tanya besar, jika negara nan kaya ini dihuni oleh masyarakat miskin yang serba kekurangan. Lalu ke mana kekayaan bumi pertiwi kita?

Ironi tanah subur dan kaya, namun para petani ataupun yang berprofesi lain mengalami kemiskinan, merupakan potret umum kehidupan masyarakat Indonesia yang menjadi perbincangan dan konsumsi publik. Ini tugas berat bagi para pemimpin bangsa. Sebenarnya, banyak sumbangsih solusi yang telah diutarakan, seperti yang sering dibahas dalam acara ternama Mata Najwa, ILC dan lain sebagainya dengan mengundang narasumber hebat dan kompeten seperti BJ Habiebie, Ma’ruf Amin, Ibu Susi dan banyak lainnya. Bak hanya wacana dan rancangan semata, habis dibicarakan dan dicarikan solusi, hilang entah kemana. Karena kurangnya pengaplikasian dan banyaknya tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab. Sehingga masalah ini tidak teratasi sampai sekarang.

Fakta menyebutkan bahwa seperti yang dikutip oleh CNN Indonesia Asia Developmen Bank (ADB) melaporkan 22 juta orang Indonesia masih menderita kelaparan. Sebuah kenyataan pahit; tanah yang sangat luar biasa subur, tapi para petaninya justru mengalami kemiskinan. Sungguh ironi memang. Lalu kenapa semua bisa terjadi?

Selain beberapa hal yang sudah sedikit saya kupas diatas, banyak hal lain yang menjadi faktor penyebab masalah ini berlarut-larut. Diantaranya:

  1. Kesalahan pengelolaan kekayaan. Padahal mengenai pengelolaan kekayaan tertera jelas dalam undang-undang RI no 9 tahun 2018 atau pasal 33 UUD 1945. Aturan yang dibuat dalam undang-undang tersebut nampaknya hanya formalitas yang faktanya banyak penyalahgunaan pengelolaan kekayaan Indonesia oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
  2. Banyak kerjasama dengan negara asing yang bersifat parasit, atau hanya menguntungkan sebelah pihak saja. Sehingga bukan mencegah hutang negara, justru menambah hutang negara.
  3. Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang mumpuni dan dipekerjakan di Indonesia. Orang cerdas ber-IQ di atas rata-rata banyak berasal dari Indonesia, akan tetapi mereka lebih memilih bekerja dan meneruskan karirnya di luar negeri. Hal ini terpicu oleh jaminan yang lebih menjanjikan seperti gaji, asuransi hidup, dan tertarik oleh gaya hidup modern.
  4. Kurangnya tindakan hukum yang tegas dan berani. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Susi saat menjabat sebagai Menteri Kelautan, yang berani menenggelamkan kapal asing (ilegal) saat ditemukan mencuri hasil laut Indonesia. Seharusnya penegakan hukum yang tegas dan berani harus ditegakkan untuk segala sektor. Sehingga, pembenahan hukum yang pincang sangatlah penting dilakukan renovasi perbaikan berskala besar. 

Sehubungan dengan ini, bangsa kita memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang benar-benar kompeten dan ahli dalam bidangnya. Tidak hanya itu, kemampuan yang berkualitas harus diiringi dengan agama yang kuat agar mampu melakukan pekerjaan dengan rasa tanggung jawab yang tinggi dan sesuai dengan ajaran syariat. Masalah kemiskinan pun mudah teratasi jika adanya kerjasama dalam segala aspek bidang dan kalangan masyarakat. Pemerintah yang bersih, dan SDM yang mempunyai jiwa tanah air yang tinggi, akan mampu mewujudkan cita-cita bumi pertiwi ini. 

About The Author