Berbicara sejarah, dalam arti sempit kita mengulas beberapa perjalanan suatu hal dari masa ke masa, dalam fokus bahasan ini yaitu Filsafat Barat. Berkaitan dengan sejarah Filsafat barat, diperlukan pengantar sebagai pembantu framework dalam memahami fokus kajian, mengingat sejarah filsafat barat sangat luas sekali kajiannya, sehingga penulis disini hanya akan menguraikan berupa poin-poin singkat saja.

Menuntut sebuah sistematika bahasan ketika memahami sejarah filsafat barat, sesuai dari keterbatasan penulis pada beberapa literature yang ada, penulis mengambil pijakan saat mengklasifikasi perjalanan sejarah filsafat barat kedalam empat masa (periodesasi). Pertama, Periode klasik yang menjadi masa awal kemuculan filsafat barat. Kedua,Periode abad pertengahan, mengurai eksistensi filsafat barat pasca kemunculannya. Ketiga, Periode Modern. Terakhir sebagai penghujung atau Keempat, Periode kontemporer, menyajikan perkembangan filsafat barat hingga saat ini.

Periode klasik (600 -300 SM), Menjadi awal sejarah Filsafat barat dengan munculnya para filsuf di Yunani, ketika negara tersebut memiliki tradisi pengetahuan dan kebenaran bergantung pada mitologi dan dongeng-dongeng masyarakat pada umumnya, dengan kata lain usaha berpikir manusia saat itu stagnan akibat terikat keadaan tersebut. Beberapa filsuf muncul memulai mengajukan pertanyaan mengenai bahan dasar atau unsur utama alam semesta (arche) itu apa? Sehingga, lazim dikenal dengan filsafat alam sebab arah pemikirannya kosmosentris. Tidak berhenti disitu pula dan menjadi menarik sekali, dalam memberikan jawabannya para filsuf tersebut mencoba berbeda sesuai dengan capaiaan berpikir, kontemplasi dan memberikan sintesis mengenai yang menjadi bahan dasar utama alam semesta. Seperti diantaranya; Thales menjawab “Air”, Anaximander menyimpulkan “Sesuatu yang tidak terbatas”, Anaximenes mengajukan “Udara” dan Phytagoras bersikukuh dalam memberikan jawaban harus dapat “Terukur” dengan landasan-landasan yang “bisa diukur” pula, dengan asas pemikirannya mereka masing-masing yang mungkin nanti dapat dibahas pada seri kajian tokoh dan pemikirannya. Namun, masih ada beberapa lagi filsuf selain yang penulis sebut diatas.

Berselang beberapa waktu kemudian, muncul trio filsuf yang membuat filsafat barat ini lebih mencuat lagi kepermukaan seiring tradisi Yunani mulai mengalami perubahan dengan adanya pula kaum Sofis (Cendikiawan) yang mulai mau mengajar ketika mendapat bayaran. Padahal, hal seperti itu dianggap sebagai tradisi seburuk-buruknya moralitas yang dimiliki seorang guru. Trio Filsuf tersebut yaitu; “Socrates (469-399 SM)” memiliki murid “Plato (427-347 SM)” dan plato memiliki murid Aristoteles (348-322 SM), biasa disingkat dengan SPA.

Periode abad Pertengahan (300 SM – 1500 M), Abad ini dapat disebut dengan masa kegelapan (The Dark Age) filsafat barat disebabkan dogma agama dan instruksi greja sangat mendominasi secara kuat sekali terhadap usaha berpikir manusia (Filsuf) terhadap apa yang diamati disekitarnya, mengesankan harus tunduk dan patuh pada belenggu pemimpin greja dalam menyimpulkan pengetahuan dan kebenaran. Ketika siapa saja yang mencoba menentang greja akan mendapat hukuman berat hingga hukuman mati. Seperti realita matinya Copernicus dan Galileo yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan doktrin gereja.

Filsafat barat pada abad ini diklasifikasi dua masa, sesuai dengan yang penulis tangkap dari beberapa buku, yaitu masa; Patristik dan Skolastik. Patristik ialah suatu masa, dimana sikap pemimpin greja terdapat dua golongan corak pemikiran, antara menentang Filsafat karena telah ada wahyu (Injil) dan menerima Filsafat sebagai penyeimbang wahyu, untuk tidak dibenturkan dengan dogma dalam mencapai pengetahuan. Skolastik suatu sifat yang menempel pada periode abad ini disebabkan filsafat berbentuk pola pengetahuan alam kodrat, dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal. Beberapa tokoh filsuf pada periode ini, diantaranya; Copernicus, Galileo, Agustinus, Santo Anselmus, Peter Abaelardus, Thomas Aquinas, dan William Occam.

Periode Modern (1500-1800 M), Filsafat periode ini didahului oleh gerakan filsuf-filsuf yang menentang dominasi gereja pada pertengahan abad ke 16. Lahirlah gerakan Renaissance di Prancis dan Italia, Enlightment di Inggris dan Aufklarung di Jerman. Pada dasarnya, Eropa menuntut situasi pencerahan. Filsafat kemudian memisahkan diri dari kungkungan agama versi gereja. Dari sini kemudian sekularisasi atau pemisahan kewenangan antara keilmuan atau sains (materi) dan agama (non-materi). Sekularisme inilah yang membawa filsafat barat pada perkembangan dan penyebaran yang sangat pesat, Filsuf-filsuf baru mulai banyak lahir kepermukaan dangan segala konsep serta teorinya sepeti diantaranya; Francis Bacon, Thomas Hobbes, Rene descartes, Immanuel Kant, John Locke, Baruch Spinoza, Soren Kierkegaard, Auguste Comte, Karl Marx, Nietzsche dan masih banyak lagi.

Periode Kontemporer atau Post-modernisme (1800 M – Sekarang) Pada Periode ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat yang dapat dikatakan masih baru, walaupun tergolong baru aliran pemikiran filsafat ini memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat pada abadnya. Filsafat kontemporer ini disebut juga sebagai filsafat abad ke-20. ciri-ciri filsafat pada abad ini yaitu desentralisasi manusia. Desentralisasi adalah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga pemikiran filsafat sekarang ini disebut logosentris. Kedua aliran yang dimaksud adalah aliran; Analitis dan Strukturalis. BeberapaFilsuf pada periode ini juga melahirkan konsepsi-konsepsi baru, diantaranya Fenomenologi, Filsafat perempuan atau Feminisme, filsafat hidup atau eksistensialisme dll. Pada periode ini, para filsuf kemudian mengkhususkan diri pada obyek kajian filsafat tertentu (Fakultatif) serta mengumumkan atau mengeneralisasi gerakan mereka ke dalam bentuk komunitas tertentu. Perbedaan paling mencolok pada filsafat periode kita ini adalah banyaknya beredar jurnal filsafat (kumpulan beberapa tulisan oleh penulis berbeda). Seperti diantaranya; Edmun Husserls, Henri Bergson, Ernst Cassirer, Bertrand Russell, Thomas Kuhn, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Jurgen Habermas dan lainnya.

* Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UIN MALIKI Malang, Pegiat Kajian Sosiologi Pendidikan dan Penggagas Forum Kajian Simposium

Sumber:

Delfgaauw, B. (1992). Sejarah Ringkas Perkembangan Filsafat Barat. Yogyakarta : PT Tiara Wacana

Syam, N. W. (2013). Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Kebung, K. (2016). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PT. Prestasi Putra Karya

Russel, B. (2002). Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Ahmadi, A. (2007). Pengantar Ilmu dan Sejarah Filsafat. Jakarta: PT. Rineka Cipta

About The Author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here