image by Agung Pandit Wiguna via Pexels
image by Agung Pandit Wiguna via Pexels

Tahun 2020 lalu negara kita dikejutkan oleh wabah virus yang sangat mematikan, suatu wabah disebut virus corona. Seperti kita ketahui semua, virus corona ini diyakini muncul pertama kali di Wuhan. Banyak negara sudah terdampak, salah satunya Indonesia. Virus corona ini telah menewaskan kurang jutaan orang di seluruh dunia, hal ini disebabkan sistem kerja virus ini yang mematikan dan mudah tertular. Penularan virus corona ini bisa melalui berbagai cara, seperti jabat tangan hingga interaksi tatap muka sekalipun. Hingga hari ini, segala aspek kehidupan menjadi berubah akibat dampak dari virus corona ini, salah satunya aspek Pendidikan.

Dampak wabah ini di sektor Pendidikan menyebabkan peserta didik tidak bisa menuntut ilmu dan melakukan pembelajaran tatap muka untuk sementara waktu, meskipun beberapa instansi Pendidikan sudah menerapkan belajar tatap muka secara bertahap. Kondisi pendemi covid-19 pada awal-awal muncul di Indonesia juga berimbas kepada siswa karena mereka sudah terlanjur mempersiapkan diri untuk UN. Tentunya merasa sangat kecewa dengan kebijakan ini.

Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kebijakan ini harus diterima waktu itu, karena kebijakan ini merupakan upaya untuk memutus mata rantai covid-19 di tengah masyarakat. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan hasil berpikir panjang, pemerintah akhirnya menemukan solusi agar para peserta didik ini tetap bisa melakukan pembelajaran, yakni melalui pembelajaran daring.

Pembelajaran daring akhirnya mulai diterapkan di Indonesia di awal-awal wabah ini muncul. Proses belajar pun dilakukan di rumah masing-masing-masing, baik bagi tenaga pengajar maupun peserta didik. Pembelajaran daring ini juga harus memanfaatkan teknologi canggih seperti handphone dan laptop. Tidak hanya itu, guru juga harus memaksimalkan aplikasi-aplikasi yang ada di handphone dan laptop tersebut agar membantu siswa tetap efektif belajar.

Meskipun pembelajaran daring menjadi langkah konkrit sementara waktu selama penyebaran wabah, namun di sisi lain ada faktor yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini. Beberapa hambatan tersebut di antaranya seperti penguasaan teknologi yang masih rendah. Pada problem ini, harus diakui bahwa tidak semua guru bisa menguasai teknologi, terutama guru generasi 80-an yang pada masa mereka penggunaan teknologi tidak secanggih sekarang. Keadaan hampir sama juga dialami oleh para siswa, tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan teknologi sehingga mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran. Lebih parah lagi, bahkan mereka tidak dikenalkan dengan teknologi dalam pembelajaran serta dinamika jaringan internet yang menjadi penentu dari stabilitas penggunaan teknologi pembelajaran.

Seperti kita ketahui, pembelajaran online tidak lepas dari penggunaan jaringan internet, penggunaan jaringan seluler terkadang tidak stabil karena letak tempat tinggal yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga yang perlu dikenalkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam dunia Pendidikan di masa pandemi.

Sebenarnya apa yang menjadi tantangan pada aspek Pendidikan selama masa pandemic ini? tantangan pembelajaran di masa pendemi covid-19 yang seharusnya adalah bagaimana kita menyusun target capaian kurikulum dengan bentuk pembelajaran dalam masa pendemi ini? tantangan berikutnya adalah bagaimana langkah-langkah yang tepat supaya pembelajaran daring dapat dilaksanakan secara optimal.

Sebenarnya terdapat kebijakan hal yang meringankan beban guru seperti yang tertuang dalam Surat edaran Mendikbud No 4 / 2020. Dalam surat edaran tersebut, guru diberi kelonggaran agar tidak terbebani untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Guru diberi ruang yang sangat luas untuk bereksplorasi memaksimalkan bentuk pembelajaran yang dipilihnya. Guru dapat dengan bebas dan leluasa memilih pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada.

Meski demikian, jangan sampai kebebasan ini mengorbankan nasib masa depan siswa. Guru juga dengan bebas memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang canggih untuk memudahkan penyampaian materi dan mengetahui apakah anak-anak tersebut juga aktif seperti biasanya walaupun hanya melalui media online, namun tetap harus memperhatikan kondisi dan situasi Pendidikan di lingkungan masing-masing.

Jika kita tarik kesimpulan, proses pembelajaran selama masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini perlu dimaklumi dengan adanya kendala-kendala selama pembelajaran daring berlangsung sehingga menyebabkan belum terpenuhinya capaian kurikulum yang diinginkan.

Meski demikian, setelah pandemi covid-19 ini reda dan selesai nantinya, perlu diterapkan langkah-langkah antisipasi untuk mengejar capaian kurikulum yang mungkin saja tidak tercapai sehingga hal ini membantu proses pembelajaran peserta didik agar tetap dapat berlanjut seperti sedia kala, serta para guru dan siswa juga dapat melakukan pembelajaran dengan nyaman tanpa ada kendala sedikitpun.

Namun percayalah, kita akan menghadapi dunia baru pendidikan yang akan berlangsung setelah pandemi ini usai. Pendidikan kita nanti tentunya akan berbeda dengan pola-pola pendidikan kita sebelum pandemi. Jadi selama masa pandemi ini, kita perlu mempersiapkan langkah-langkah baru demi penyegaran pendidikan kita menuju ke arah yang lebih baik dan berkualitas.

Dulu mungkin kita merasa nuansa pembelajaran dan pendidikan kita masih lemah dan memprihatinkan, dulu mungkin kita merasa pendidikan kita masih tertinggal jauh dengan pendidikan di negara-negara lain, namun saya yakin pendidikan kita pasca pandemi akan berangsur-angsur pulih jika semua pihak dapat terlibat dalam proses pembangunan pendidikan negara ini.