image by taajulhufazh.com
image by taajulhufazh.com

ثمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.”   (QS. Fatir : 32).

Al-Qur`an adalah kalam ilahi rabbi yang sangat mulia, dan diturunkan kepada makhluk yang paling mulia, namanya harum, baik di langit maupun di dunia, beliau adalah Baginda Nabi Muhammad SAW, putranya sayyidina Abdullah dan Quraisy adalah marganya. Beliau menerima wahyu ini pertama kali di gua Hira` dengan wasilah Malaikat Jibril AS. Seperti kita ketahui, malaikat jibril adalah pemimpinnya para malaikat.

Dengan terpilihnya dua makhluk yang sama-sama agung di alam Nya, bukankah telah jelas dan terang, bahwa sesuatu yang dibawanya pula adalah hal yang sangat agung nan mulia, bahkan jika menuqil dari ayat di atas bahwa hanyalah orang-orang tertentu yang bisa menerima keagungan alqur`an, hanyalah orang-orang pilihan yang mampu menghafalkan al-qur`an. Allahummarhamna bi Al-Qur`an, semoga kita senantiasa mendapatkan rahmat Allah dengan wasilah Al-Qur`an Al-Kariim.

Di abad ke-21 ini banyak anak-anak muda yang sedang berlomba-lomba untuk menghafalkan Al-Qur`an. Pesantren-pesantren Tahfidz menjadi pilihan terbaik bagi para orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang Hafidz dan Hafidzah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh para guru-guru Tahfidz, terobosan-terobosan metode akselerasi menghafal Al-Qur`an diciptakan, bahkan seakan-akan di abad ke-21 ini hal-hal yang seperti di atas menjadi bahan perdagangan antar yayasan.

Namun, jika kita kembali ke ayat atas, yakni jika kita mendalami dan mentadabburi makna ayat ke-32 surat Fatir bahwa sesungguhnya bukan seberapa bagus dan seberapa hebat metode yang kita pakai untuk menghafal Al-Qur`an, namun seberapa pantas kita, untuk menjadi hamba yang dipilih Allah SWT untuk menggenggam setiap huruf, kalimat, dan ayat-ayat Al-Qur`an. Lantas salahkah bagi para guru-guru Tahfidz dalam menciptakan terobosan-terobosan terbaru dalam menghafal Al-Qur`an? maka penulis katakan TIDAK, tidak salah sama sekali, bahkan itu adalah ide yang sangat brilian sekali, sangat menunjang pada banyaknya kesempatan bagi para generasi muslim untuk menjadi seorang Hafidz dan Hafidzah.

Lantas mengapa penulis mengatakan sebagai ajang perdagangan? karena fakta di lapangan seperti itu. Apabila ada seorang anak yang mondok di salah satu instansi lembaga Tahfidz, dan disana disediakan metode cepat menghafal, lantas sang anak tidak mampu untuk menghafalnya, maka anak tersebut (begitu pun orang tuanya) kebanyakan menyalahkan. Mereka cenderung menyalahkan guru-gurunya, metodenya dipandang kurang bagus dan kurang sempurna, sehingga seakan-akan orang yang hafal Al-Qur`an itu disebabkan oleh seberapa bagus metode yang ia pakai. Padahal kenyataannya tidak seperti itu jika kita kembali mengingat dan mentadabburi makna ayat ke-32 surat Fatir di atas yang maknanya bahwa “Hanyalah Hamba-hamba pilihan yang Allah wariskan kepadanya Al-Qur`an Al-Kariim (Hikmatun Tafsir Baidhawi).

Memang berat menghafal Al-Qur`an ini wahai ikhwan sekalian. Selain hanya menuntaskan setoran hafalan Al-Qur`an yang berat, perlu kita ketahui juga bahwa perjuangan seorang hafidz tidaklah selesai ketika ia telah tuntas setoran hafalan 30 juz, akan tetapi perjuangan yang lebih besar dan lebih berat telah menunggunya, yakni apakah ia bisa mempertahankan hafalannya hingga akhir hayatnya? apakah ia mampu untuk mengamalkan isi-isi Al-Qur`an yang telah ia hafal? bahkan dalam hal ini, Sang Maha Kuasa sendiri telah meng-khobarkan kepada kita melalui firman Nya tentang klasifikasi seorang Hafidz dan Hafidzah dalam 3 tipe :

Minhum Dholimun linafsihi

Tipe ini adalah tipe dimana seorang Hafidz dan Hafidzah telah mampu menghafal sebagian atau pun sueluruh ayat suci Al-Qur`an. Namun sangat disayangkan sekali karena ia tidak mau mengulang kembali hafalannya bahkan ia telah meninggalkannya dan lebih ngeri lagi, ia kemudian tidak mampu bahkan tidak pernah mengamalkan apa-apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang tertuangkan di dalam Al-qur`an.

Minhum Muqtashith

Tipe ini adalah tipe dimana seorang Hafidz dan Hafidzah telah mampu menghafal sebagian atau pun seluruh ayat suci Al-Qur`an, dan ia mampu mengulang kembali hafalannya dengan di takrir (diulang-ulang) setiap hari, namun ia masih belum ada kemampuan untuk melakukan sepenuhnya perintah Allah SWT yang tertuangkan di dalam Al-Qur`an tersebut.

Minhum sabiqun bilkhairat

Tipe ini adalah tipe dimana seorang Hafidz dan Hafidzah telah mampu menghafal sebagian atau pun seluruh ayat suci Al-Qur`an dan ia mampu istiqomah untuk mengulang kembali hafalannya dalam kesehariannya, serta ia juga mampu untuk mengamalkan setiap perintah Allah SWT yang telah dituangkan di dalam Al-Qur`an.

Dengan begini, penulis menghimbau pada segenap generasi muslim yang ingin menghafalkan Al-Qur`an untuk terus memperbaharui dan menjaga niatnya, agar senantiasa berada dalam koridor naungan dan mau`nah Allah SWT. Semoga kita semua bisa menjadi ahlu Al-Qur`an, kekasih Allah, dan semoga dari kita semua yang sedang menghafal dan yang sudah selesai hafalannya semoga tergolong dalam katagori hamba Allah yang Sabiqun bilkhairat amien ya rabbal alamiin.

Catatan : Dalam artikel ini penulis ingin lebih memfokuskan lagi pada pemaknaannya, supaya bisa lebih mudah difahami dan dimengerti. Mengenai makna tafsir umumnya tentang ayat di atas yang bisa ditemui di beberapa kitab adalah sebagai berikut :

Minhum Dzolimun linafsihi  :Adalah tipe orang yang terdominasi pada amal kejelekannya.

Minhum Muqtashid :  Adalah tipe orang yang telah tahu akan ilmu agama tapi terkadang ia juga melanggar peintah agama tersebut (Ibadah dikerjakan tapi maksiat juga jalan)

Minhum sabiqun bilkhairat : Adalah tipe orang yang amal kebaikannya lebih unggul dari pada amal keburukannya, sehingga amal keburukannya bisa tertutupi oleh amal kebaikannya.

Sumber referensi diambil dari Tafsir Al-Baidhawi karangannya Syaikh Al-islam Nashir Al-Dhin Al-Baidhawi

* Penulis adalah Mahasiswa di STAI Ma’had Aly Al-Hikam, Malang.