image by reuters
image by reuters

Salah satu pencapaian peradaban Islam dalam bidang sains bisa kita lihat dalam hal arsitektur. Arsitektur ini mewujud dalam masjid-masjid yang dibangun oleh kaum muslimin, tempat pendidikan (sekolah, kampus, dan sejenisnya), taman, bangunan istana, dan seterusnya. Namun, dari semua artefak atau pencapaian bendawi atau lingkungan binaan tersebut, masjid menempati posisi paling fundamental, strategis, dan multidimensi.

Menelaah tentang arsitektur Islam, sebagian besar lebih memfokuskan pada aspek bentuk, langgam, peninggalan historis dan hal-hal lain yang bersifat fisik yang dianggap merupakan bagian dari kebudayaan ummat muslim. Bahkan Ismail Serageldin dalam seminar Historic Cities in Islamic Societis, menyatakan bahwa memelihara peninggalan sejarah terutama lingkungan binaan sebagai produk arsitektur adalah bagian yang esensial untuk menjaga identitas tertentu dan merupakan penghubung antara masa lampau dengan saat ini.[1] Namun, sebelum menggali unsur-unsur dari bentukan fisik, terlebih dahulu kita harus memahami hubungan arsitektur dan Islam.

Arsitektur dalam Peradaban Islam

Arsitektur Islam adalah gagasan dan karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan dan kaidah-kaidah Islam tentang arsitektur, sehingga arsitektur yang memiliki pendekatan konsep Islam dikatakan sebagai arsitektur Islami. Arsitektur Islam bukan hanya arsitektur yang berada di Arab. Rumusan karya arsitektur Islam pada intinya bukan terletak pada perwujudan bentuk fisiknya, melainkan nilai hakiki dan semangat moralnya.[2] Pandangan inilah yang hendaknya mendasari perwujudan karya arsitektur.

Petruccioli dan Pirani menyatakan bahwa Arsitektur Islam memiliki enam karakteristik utama di dalamnya. Pertama, Unsur ekspresi akan Keimanan dan Tauhid, yang salah satunya diejawantahkan dalam konsep Qibla (Q.S. Al-Baqarah: 144) sebagai orientasi perancangan. Kedua, gambaran surga di dunia dengan mengambil makna substansif dari keindahan surga, tidak hanya gambaran fisik semata serta sebagai sarana tadabbur akan kekuasaan Allah. Ketiga, memberi penekanan terhadap keagungan Tuhan dimana keindahan dan estetika dalam arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri sang arsitek terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat yang memiliki segala keindahan (Q.S. An-Naml: 44). Keempat, bentuk pengakuan terhadap keagungan Tuhan yang mendorong pembangunnya untuk tawaddhu, mengakui akan sifat Maha dari Allah. Kelima, bentuk pengabdian atau ibadah terhadap Tuhan, dimana segala aspek proses arsitektural dimaknai sebagai ibadah sesuai fitrah manusia dalam (Q.S. Adz-Dzaariyat: 56). Keenam, bentuk implementasi nyata terhadap setiap ajaran dalam Islam. Dan ketujuh, karakteristik tersebut ditenggarai dapat membantu setiap perancang untuk merumuskan tujuan perancangannya, sehingga mampu menghasilkan setting arsitektural yang menjamin hubungan multidimensi ke arah yang lebih baik.[3]

Konsep pemikiran Arsitektur Islam didasarkan dari Al-Quran, hadits, keluarga Nabi, khalifah, ulama, dan cendikiawan muslim. Berdasarkan sumber-sumber tersebut, Utaberta mengelompokkannya ke dalam delapan prinsip Arsitektur Islam. Pertama, prinsip pengingatan kepada Tuhan. Kedua, prinsip pengingatan pada ibadah dan perjuangan. Ketiga, prinsip pengingatan pada kehidupan setelah kematian. Kempat, prinsip pengingatan akan kerendahan hati. Kelima, prinsip pengingatan akan wakaf dan kesejahteraan publik. Kelima, prinsip pengingatan akan wakaf dan kesejahteraan publik. Keenam, prinsip pengingatan terhadap toleransi kultural. Ketujuh, prinsip pengingatan akan kehidupan yang berkelanjutan. Dan terakhir, Kedelapan, prinsip pengingatan tentang keterbukaan.[4] Setidaknya delapan prinsip tersebut turut memahamkan kita akan lingkungan binaan atau terkhusus masjid yang sebetulnya memiliki fungsi yang multidimensi.

Dibawah ini pandangan delapan tokoh pengkaji arsitektur dan Islam yang karya ilmiahnya dikenal luas dan berpengaruh di Indonesia. Untuk memudahkan mengetahui persamaan dan perbedaan penggunaan istilah yang menggambarkan relasi antara arsitektur dan Islam serta permaknaannya, pandangan para tokoh tersebut akan dirangkum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Rangkuman Peristilahan Arsitektur dan Islam[5]

No Nama Arsitektur Islam Arsitektur Islami Arsitektur Muslim
1 Budi Faisal (2012) Menolak penggunaan istilah ini Manifestasi fisik dari

cara dan pola hidup yang Islami

Tidak menggunakan istilah ini
2 Munichi Bachroon

Edres (2017)

Menolak penggunaan

istilah ini

Menerapkan nilai Islam atau Syariat Islam Tidak menggunakan

istilah ini

3 Nangkula Utaberta (2008) Menerapkan prinsip dan nilai-nilai Islam sebagai ilmu pengetahuan yang tidak eksklusif milik

umat Islam

Tidak menggunakan istilah ini Dirancang oleh umat Islam yang tidak selalu memenuhi prinsip dan nilai Islam
4 Spahic Omer (2009) Dirancang, dibangun, dan digunakan oleh umat Islam yang merupakan representasi dari Islam Tidak menggunakan istilah ini Representasi dari semangat dan mentalitas umat Islam yang dapat merujuk pada lokasi, komunitas, maupun suatu fase sejarah yang

dialami umat Islam

5 Aulia Fikriarini dan Luluk Maslucha (2007) Cara membangun yang Islami sebagaimana ditentukan hukum Syariah dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi Tidak menggunakan istilah ini Gaya arsitektur negara- negara Muslim meliputi arsitektur tua dan arsitektur modern, yang dikerjakan oleh tukang Muslim, arsitek Muslim serta di bawah perlindungan pemerintah Muslim
6 Bambang Setia Budi (2020) Arsitekturnya agama Islam atau arsitekturnya orang atau masyarakat Islam Arsitektur yang dirancang oleh umat Islam yang memenuhi kriteria Islami dan arsitektur dari luar kalangan umat Islam yang memenuhi cita

ideal Islam

Dirancang, digunakan, dan dimanfaatkan masyarakat Muslim tanpa secara khusus terkait dengan nilai-nilai Islam
7 Pudji Pratitis Wismantara (2021) Dibangun dengan berasaskan nilai-nilai dan tata aturan agama Islam dengan penekanan pada kajian tekstual Keterpaduan antara nilai hukum universal Islam sekaligus nilai tradisi lokalitas dengan penekanan pada nilai, asas, dan prinsip

arsitekturnya

Dibangun oleh suatu masyarakat penganut agama Islam pada suatu waktu, ruang, dan tujuan keagamaan tertentu dengan penekanan pada kajian kontekstual
8 Rober Hillenbrand (1994) Arsitektur yang

dibangun oleh umat Islam di Dunia Islam

Tidak menggunakan istilah ini Tidak menggunakan istilah ini

 

Dilihat dari Tabel 1, terdapat enam dari delapan tokoh yang menggunakan istilah Arsitektur Islam, empat dari delapan tokoh mengenakan istilah Arsitektur Islami, dan lima dari delapan tokoh memakai istilah Arsitektur Muslim. Bila dibuat kesimpulan sederhana, pada Arsitektur Islam dan Arsitektur Islami ditekankan terkait prinsip atau nilai atau aturan atau kriteria Islam dari produk arsitektur yang dibuat oleh Muslim maupun Non-Muslim, sedangkan pada Arsitektur Muslim yang ditekankan adalah subjeknya (arsitek maupun pengguna).

Sehingga, bisa dikatakan bahwa lingkup Arsitektur Islam dan Arsitektur Islami lebih universal dan holistik dibandingkan Arsitektur Muslim. Istilah-istilah yang muncul dalam penjelasan mengenai relasi arsitektur dan Islam ini memberikan bukti, bahwa hal ini menarik untuk dikaji serta akan terus dibahas secara mendalam oleh para ahli arsitektur berikutnya, bahkan bukan hal yang tak mungkin bilamana muncul istilah-istilah baru dalam pembahasan hal ini, Arsitektur Profetik misalnya, dan lainnya.

Penghujung

Arsitektur Islam pada dasarnya dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami yang tidak mempunyai representasi bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam mempunyai bahasa arsitektur yang berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut.[6] Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan melihat kekayaan arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah masing-masing negara tersebut.

Dari keberagaman tersebut, akhirnya dapat dihadirkan satu kekayaan khazanah arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam yang membawa manusia pada rahmatan lil alamin. Untuk itu, sudah seharusnya kita memahami dan menerapkan prinsip-prinsip islami dalam berarsitektur. Arsitektur harus bersifat islami, harus sesuai dengan Al-Qur‟an dan al-Hadits,[7] sehingga “pengaturan” yang dilakukan di dalam arsitektur mampu menjamin hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan manusia ke arah yang lebih baik.

Referensi

[1] Sativa. 2011. “Arsitektur Islam atau Arsitektur Islami?”. Jurnal Nalars Vol. 10 No. 1.

[2] U. Umar. “Integrasi Konsep Islami dan Konsep Arsitektur Modern pada Perancangan Arsitektur Masjid”. Jurnal Radial Vol. 2 No. 1.

[3] Haris Hidayatulloh. 2020. “Perkembangan Arsitektur Islam: Mengenal Bentuk Arsitektur Islam di Nusantara”. Jurnal Ngabari Vol. 13 No. 2.

[4] Reza Fahmi Irawan, Sumaryoto, Mohammad Muqoffa. 2019. “Penerapan Arsitektur Islam pada Perancangan Islamic Center Kabupaten Brebes”. Jurnal Senthong Vol. 2 No. 1.

[5] Andika Saputra. 2021. “Arsitektur Profetik, Suatu Pengenalan Istilah”. Publikasi No. 348789389 on ResearchGate.

[6] Aulia Fikriarini. 2010. “Arsitektur Islam: Seni Ruang dalam Peradaban Islam”. Jurnal el-Harakah Vol. 12 No. 3.

[7] Munichy Bachroon Edrees. 2010. “Konsep Arsitektur Islami Sebagai Solusi dalam Perancangan Arsitektur”. Journal of Islamic Architecture Vol. 1 Issue 1.

About The Author