image by lavanguardia.com
image by lavanguardia.com

Not that i ever get the credit i deserve

Kiranya kata-kata di atas inilah yang menggambarkan bagaimana zaman keemasan Islam tertutupi oleh zaman kegelapan Eropa. Sebagaimana sebuah perkataan, “History is written by the victors” atau “Sejarah itu ditulis oleh mereka yang menang”, dari sini kita tahu, bahwasanya sejarah itu merupakan hal yang bisa dimanipulasi sebagaimana kemauan mereka yang berjaya atau menang.

Sebagaimana juga dialog lain dalam film tersebut, “Never was a period of history was so poorly named” dan “I suppose someone been filling your head with the usual nonesense”. Dari dua dialog ini sang tokoh utama mencoba mengatakan kepada kita bahwa zaman itu merupakan zaman yang sangat buruk sekali penamaannya dan banyak sekali kisah-kisah buruk yang berputar di zaman itu. Dalam kata lain, zaman keemasan Islam kala itu “outshined” atau kalah pamornya dengan kisah kegelapan Eropa yang dicekoki kepada kita di sekolah-sekolah, jadi ketika zaman itu disebut maka yang terproyeksi di pikiran kita hanyalah hal-hal barbarisme, saling bunuh membunuh, saling menghancurkan peradaban, dan “a blackhole in history”. Maka akhirnya hal yang kita ingat adalah segala penemuan yang ada itu ditemukan di zaman Yunani atau Romawi saja sebagaimana dalam dialog tadi.

Nah, kembali kepada ungkapan, “History is written by the victors”, inilah yang terjadi di zaman sekarang, bagaimana barat yang sekarang berkuasa mencoba menghapus jejak-jejak kemajuan Islam. Mereka menggembar-gemborkan zaman kegelapan mereka dan bagaimana mereka bangkit dari sana sehingga tenggelamlah sejarah keemasan Islam. Bahkan mereka mengubah nama-nama Arab Islam menjadi nama-nama yang bukan Arab, sehingga orang-orang setelah mereka tidak sadar, dan bahkan banyak juga generasi Islam yang buta bahwa nama-nama ini adalah nama ilmuwan muslim sehingga mereka mengira ini adalah nama-nama orang Yunani, Latin atau Eropa. Sebagai contoh, Ibnu Sina menjadi Avicenna, Al-Battani menjadi Albategnius, Al-Farabi menjadi Alpharabius.

Maka dari sini muncul pikiran bagaimana pentingnya sudut pandang dan objektivitas dalam melihat dan menilai suatu sejarah. Tidak bisa kita mengambil satu bagian dari bumi saja (dalam hal ini Eropa) lalu menggeneralisirnya kepada bagian lain, karena di zaman itu, sebagaimana ucapan tokoh utama, bahwa peradaban kala itu membentang dari barat di Spanyol dan di Timur di Cina. Maka sangat tidak benar jika zaman itu hanya memiliki satu nama saja yaitu zaman Kegelapan, dikarenakan banyaknya peradaban lainnya selain Eropa, yang bahkan di zaman itu bangsa Islam telah mencapai puncaknya.

Pada zaman itu, Islam dan negara-negaranya sangat maju dan sangat menggambarkan apa itu zaman keemasan. Banyak sekali ilmuwan-ilmuwan muslim yang menjadi sosok peletak dari berbagai ilmu yang ada, sehingga dari “batu pertama” yang diletakkan ilmuwan muslim ini, tumbuhlah ilmu ini sehingga menghasilkan segala macam kemajuan yang ada di zaman kita sekarang.

Maka dari itu, kita sebagai muslim, harus sadar akan sejarah, sebagaimana ucapan Bung Karno, “Jas merah”. Selain itu, bagi kita mahasiswa penting untuk memiliki banyak sudut pandang atau referensi juga objektivitas dalam menilai suatu peristiwa, sehingga kita tidak berkubang dalam satu kubangan saja dan melihat dunia dari satu kacamata saja.