Sebagai pelajar Indonesia yang sekaligus juga seorang santri dan santriwati, tentu memiliki rasa tanggung jawab besar akan rasa kesatuan bangsa dan kerukunan antar sesama. Dalam hal ini, para pelajar Indonesia berperan sebagai senjata sekaligus penggerak pergerakan untuk ketidakadilan. Para pelajar sebagai harapan penerus bangsa dirasa memiliki hak penuh untuk memeperjuangkan harapan-harapan rakyat. Santri dan santriwati yang banyak dibekali ilmu-ilmu agama seperti ilmu tasawuf, memiliki dasar tanggapan yang beragam mengenai nasionalisme dan politik. 

Saat ini (2019) sedang hangat berita demo yang berlangsung berturut-turut sejak tanggal 23 September, aksi memiliki tujuh poin tuntutan mahasiswa kepada DPR. Aksi yang telah diikuti banyak mahasiswa dan banyak pelajar sekolah menengah atas di berbagai daerah itu menyorot perhatian publik sekaligus membuat takjub masyarakat karena solidaritas mereka demi suatu keadilan. Dapat dilihat bahwa pelajar Indonesia memiliki semangat membela kebenaran demi kesatuan dan kesejahteraan rakyat dan rasa solidaritas satu sama lain demi tercapainya tujuan. Hal itu dapat disaksikan dari keterlibatan mereka pada aksi-aksi selama beberapa hari.

Bukti akan keterlibatan tasawuf dalam rasa nasionalis dapat dilihat dari adanya gerakan yang dipimpin para sufi untuk membasmi kekuasaan Belanda. Di eropa, ada perujuangan kaum sufi yang berusaha terus dalam mempertahankan keberadaan mereka diatas berkembangnya politik yang keras, karena anggapan sufi sebagai oposisi Kremin yang dikatakan sufi adalah golongan pendukung pro-Rusia. 

Dalam artikel ini akan membahas mengenai pendapat-pendapat para santri dan santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum II al-Wahidiyah Gersempal Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Madura Provinsi Jawa Timur. Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah total 20 yang kemudian dibagi menjadi 2 yaitu 10 pertanyaan untuk santri dan santriwati pondok yang tidak mengikuti tarekat Naqsyabandiyah Ahmadiyah Mudzhariyah Gersempal dan 10 pertanyaan untuk santri dan santriwati pengikut tarekat. Pengambilan informasi berasal dari dua puluh informan yang merupakan santri dan santriwati Pondok Pesantren Darul Ulum II al-Wahidiyah, dan kemudian dibedakan menjadi santri dan santriwati pengikut tarekat, dan yang tidak mengikuti tarekat.

Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu istilah yang terbentuk dari kata nation yang berarti “bangsa” dalam bahasa Inggris. Nasionalisme adalah sebuah doktrin ideologi kepada rakyatnya guna melindungi kepentingan-kepentingan dan menjaga wilayah tersebut dari ancaman dan kerusakan.  Rasa cinta tanah air sebenarnya adalah istilah lama yang tak pernah hilang dan harus ada sampai sekarang. Istilah itu sebenarnya mulai ada dan disadari ketika adanya gerakan revolusi-revolusi oleh Amerika dan Perancis, saat adanya partisi pada Polandia,  penaklukan yang dilakukan oleh Napoleon pada negara-negara Eropa seperti Persia, Spanyol, dan Rusia dan masih banyak lagi kejadian atau peristiwa yang menimbulkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air pada setiap warga negara tersebut. Semua kejadian tersebut berlangsung sekitar abad ke-18 akhir di Eropa. Pada abad ke-19 pun nasionalisme mulai tumbuh meluas keluar Eropa seperti pada Asia yang terjadi di Jepang dan India dan menyebar ke daerah Asia lain seperti Vietnam, Filipina, Jawa (Indonesia), Turki, dan Afrika pada abad ke-20. Nasionalisme sudah menjadi kewajiban warga di masing-masing negara, sehingga sangat sulit sekali menemukan suatu negara yang tidak terlepas dari rasa mencintai negara sendiri tersebut. Jika mempertanyakan seperti apa contoh dari nasionalisme, maka contoh yang termudah yang dapat diberikan adalah rasa nasionalis warga Indonesia yang berusaha lepas dan merdeka dari segala bentuk penjajahan, dan kemudian nasionalisme yang tinggi itu membawa Indonesia ke gerbang kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Nasionalisme adalah suatu sikap rasa cinta tanah air dan kesetiaan yang dalam pada setiap warga negara karena beberapa kesamaan seperti bahasa, wilayah, tujuan dan biasanya bersifat sosial dan politik. Rasa nasionalis era ini sangat erat akan cita-cita merdeka dan persatuan setiap bangsa. Istilah ini berasal dari kata nation dan nasci yang berarti kelahiran dan dilahirkan. Jika di artikan, kedua kata tersebut merupakan rasa persatuan yang muncul karena sama-sama dilahirkan dalam suatu kesamaan (ras, agama, wilayah, peradaban, dan kewarganegaraan). Dapat diketahui pula dari penjelasan diatas bahwa faktor-faktor pembentuk rasa cinta tanah air yaitu kewarganegaraan, agama, ras, budaya, dan wilayah. Faktor-faktor tambahan pun muncul seperti hak warga negara yang berhak mengambil peran dalam kehidupan sosial masyarakat, bahkan ekonomi turut hadir sebagai faktor lain dalam adanya nasionalisme setiap warga terhadap negaranya. 

Nasionalisme bersifat global dan menyeluruh yang dapat diartikan bahwa rasa nasionalis sesungguhnya tidak memandang bentuk dan penampilan setiap orang karena sesungguhnya rasa itu adalah rasa peduli yang dapat dilakukan oleh setiap warga negara demi persatuan dan kesatuan bangsa. Rasa nasionalis itu hadir sebagai kekuatan setiap bangsa dan pendorong bangsa agar lebih maju. Dalam negara-negara barat, kita telah melihat bagaimana nasionalisme tampil sebagai demokrasi dan itu adalah suatu kekuatan. Nasionalisme tampil sebagai kesatuan yang biasanya berhubungan erat dengan politik. Seperti yang terdapat pada makna teori politik, rasa cinta tanah air adalah suatu dorongan dalam diri manusia yang artinya secara alami berusaha mempertahankan negara serta melanjutkan cita-cita bangsa. 

Di Indonesia, semangat nasionalis secara umum dipicu oleh adanya kolonialisme yang berjaya saat itu. Keinginan untuk melepas diri dari setiap siksaan yang diberikan penjajah mendorong warga Indonesia untuk mengupayakan kebebasan yang disebut kemerdekaan. Semua beban seperti kerja paksa, tanam paksa dan segala bentuk penyulitan penduduk saat itu menyulut suatu harapan besar dan semangat perjuangan. Adanya pemberontakan pada setiap kebijakan Belanda mengundang setiap tokoh bangsa untuk merumuskan kemerdekaan. Hasil perumusan itu membuahkan hasil yaitu dengan dibacakannya proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno, yang kemudian beliau diangkat sebagai presiden pertama Indonesia. Berbagai usaha dan rintangan untuk mencapai kemerdekaan seperti gugurnya pahlawan-pahlawan bangsa yang telah mewujudkan cita-cita begitu besar, dan tugas kita saat ini adalah melanjutkan dan mengembangkan tujuan bangsa dan menjadikan semangat para pendahulu sebagai renungan untuk selalu dapat konsisten dengan rasa cinta tanah air yang kita miliki.  Upaya untuk mewujudkan bentuk nasionalisme seperti persatuan dan kesatuan dengan cara menggapai tujuan bangsa. Dalam persatuan Indonesia, dapat dibedakan antara nasionalisme defensif dan nasionalisme progresif. Defensif yaitu rasa cinta tanah air yang siap melawan dan menyerang segala bentuk yang mengancam dan membahayakan bangsa, sedangkan progresif adalah sikap nasionalis yang tidak hanya melawan yang mengancam, melainkan juga merawat dan menjaga negeri. Saat ini Indonesia kekurangan rasa nasionalis progresif, kenyataan itu tidak terelakkan ketika kita melihat realitas sesungguhnya memang seperti itu.

Selain itu, Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda namun tetap satu. Ada pula semboyan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”, adanya semangat gotong royong, dan juga ideologi pancasila yang sudah ada sejak dulu dan dirumuskan oleh para pejuang terdahulu. Beberapa semboyan tersebut menunjukan bahwa bangsa ini menginginkan rakyatnya untuk menumbuhkan rasa cintanya kepadanya. Semua itu adalah pendorong terciptanya persatuan Indonesia sebagai jalan bangsa untuk menggapai cita-cita serta tujuannya kemudian kelak. Pancasila sebagai ideologi Indonesia, memiliki beberapa sila yang setiap silanya mengandung seruan persatuan dan keadilan namun tak lupa akan Sang Pencipta masing-masing.  Pancasila sebagai dasar negara menurut Gus Dur adalah hal yang tak terpisahkan dari pengetahuannya akan tasawuf, beliau menganggap ideologi Indonesia tersebut sangat komplit karena di dalamnya terdapat aspek nasionalisme, patriotisme, serta spiritualisme dalam kehidupan bernegara.  Rasa cinta tanah air memiliki beberapa prinsip kekuatan, diantaranya yaitu kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, kepribadian dan identitas, serta prestasi. Dari kelima prinsip nasionalisme tersebut, dapat dijelaskan bahwa Indonesia yang merupakan negara dengan banyak keberagaman, maka “kesatuan” demi menggapai tujuan bangsa harus dilakukan, “kebebasan” warga negara untuk beragama, berorganisasi, dan berpendapat boleh dilakukan demi membangun bangsa, namun “kesamaan” harus tetap dijunjung tinggi mengingat adanya HAM pada setiap warga, dan warga negara pun dituntut untuk memiliki “kepribadian” yang tangguh dan bertanggung jawab atas “identitas” sebagai Indonesia, serta “prestasi” dengan diwujudkannya melalui menggapai cita-cita dan tujuan bangsa.

Mewujudkan nasionalisme pada diri sendiri bisa melalui rekam jejak historis. Jika terdapat pertanyaan mengapa sejarah menjadi salah satu munculnya rasa cinta tanah air, hal itu disebabkan dengan adanya kesadaran akan sejarah Indonesia terdahulu yang pernah dijajah berabad-abad oleh bangsa lain melalui penindasan, sehingga timbul rasa ingin bebas dan secara tidak sadar nasionalisme itu muncul dengan sendirinya. Maka tidak mengherankan jika disekolah-sekolah, sejarah menjadi pelajaran wajib dan bahkan menjadi kejuruan di sekolah tingkat atas. Belajar mengenai sejarah, memiliki banyak manfaat seperti menambah wawasan masa lampau, memunculkan inspirasi, serta memupuk nasionalisme dalam diri.

Penulis mencoba menanyakan kepada para partisipan penelitian tentang adakah penyelenggaraan rutinan atau acara hari nasional. Jawabannya pun bermacam-macam.

MENURUT SAYA SENDIRI, DALAM THORIQOH ITU TIDAK ADA YANG TERMASUK DALAM ACARA HARI NASIONAL. KARENA THORIQOH INI BUKAN ACARA YANG SETIAP TAHUNNYA CUMA ADA 2 KALI, TAPI THORIQOH INI DI SELENGGARAKAN PADA SAAT THORIQOH INI DIBUTUHKAN, DAN THORIQOH INI BISA DIKATAKAN PROGRAM DIRI SENDIRI BAGAIMANA KITA MENGINGAT ALLAH (MHUA)“. 

MENURUT PENDAPAT SAYA PRIBADI TIDAK ADA, TAPI UNTUK DI PONDOK SAYA ADA PERAYAAN TERSENDIRI UNTUK SETIAP HARI-HARI BESAR NASIONAL SEPERTI 17-AN, HARI SANTRI NASIONAL, DLL (SI)

ADA, SEPERTI HALNYA DI PONDOK SAYA YANG SAYA IKUTI ADA RUTINAN ISTIGHOSAH DAN DZIKIR BERSAMA SATU BULAN SATU KALI, DAN SERING MENGADAKAN ISTIGHOSAH DAN DOA BERSAMA UNTUK BAGSA DAN NEGARA SETIAP DAERAH JATIM BERSAMA SITQON DAN MENGADAKAN HARI SANTRI (MTH)

Yaitu berdoa bersama untuk mendoa’kan negara ini untuk lebih aman dan damai (BR)

TIDAK ADA (U)

Sedangkan para santriwati sepakat dengan jawaban “ada”. Kemudian berikut jawaban dari santri dan santriwati yang tidak mengikuti tarekat dengan pertanyaan yang sama. 

ADA SEPERTI HARI SANTRI NASIONAL, HUT RI, HARI ULANG TAHUN ISLAM (R)

17 AGUSTUS, HARI SANTRI NASIONAL, TAHUN BARU ISLAM (B)

MEMPERINGATI HARI KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW (MIM)

17 AGUSTUS, HARI SANTRI NASIONAL, DAN TAHUN BARU ISLAM (AQJ)

MEMPERINGATI HARI SANTRI NASIONAL (AL)

Para santriwati mengatakan bahwa memang ada kegiatan rutin. Cara para santri pengikut tarekat ini dan yang tidak mengikuti tarekat dalam menunjukan nasionalisme mereka bermacam-macam, mengingat mereka adalah sosok individu yang sejatinya memiliki keyakinan paham dan cara tersendiri. Berdasarkan para santri dan pengikut tarekat, berikut jawaban mereka.

Saya menunjukan rasa kepada hari pahlawan itu, merasakan bahwa pahlawan itu mempunyai bela terhadap bangsa sendiri, dan saya ingin menunjukan rasa sayangnya kepada bangsa, dan itu saya mempunyai bela bangsa seperti pahlawan revolusi (MHUA)

DENGAN BERDOA SEPERTI MEMBACA ISTIGHOSAH AGAR INDONESIA MENJADI NEGARA AMAN (U)

SELALU MENJAGA KEAMANAN BANGSA MEALUI ISTIGHOSAH DAN DOA BERSAMA (MTH)

MENJALANKAN PERINTAH APA YANG DILARANG DAN YANG DIBOLEHKAN DALAM TAREKAT, DAN MENGIKUTI ACARA YANG DIADAKAN OLEH SITQON ATAU TAREKAT (BR)

Mengikuti perayaan hari besar nasional, belajar dengan sngguh-sungguh, dan memanajemen waktu dengan baik (SI)
tidak hanya santri putra, santriwati pun memiliki cara dalam menerapkan rasa nasionalisme mereka.

MELAKSANAKAN HARI NASIONAL SEPERTI HARI SANTRI, HARI PAHLAWAN DAN LAIN-LAIN (IW)

SALING MENASEHATI SATU SAMA LAIN, SALING MEMBANTU ANTAR SESAMA MANUSIA (SA)

SALING MENASEHATI SATU SAMA LAIN, SALING MENGHORMATI BAIK TUA ATAU MUDA, DAN SALING MEMBANTU (SA)

DENGAN MENJADI WARGA NEGARA INDONESIA YANG BAIK (I)

MENJADI WNI YANG BAIK DAN TAAT PERATURAN (ALH)

Para santri Pondok Pesantren Darul Ulum II pun tak lupa akan tanah kelahirannya, mereka menerapkan nasionalisme dalam diri mereka masing-masing dengan cara sederhana. Berikut jawaban mereka.

MENGIKUTI RUTINAN ATAU PENYELENGGARAAN ACARA HARI NASIONAL UNTUK MENUNJUKAN RASA NASIONALISME (B)

MENGIKUTI ACARA RUTINAN SEPERTI UPACARA DI SETIAP HARI SENIN, BAHKAN SAYA SENDIRI JUGA SERING JADI PERUGAS UPACARA (MR)

SETIAP HARI SENIN SAYA UPACARA, KARENA SAYA BANGGA KEPADA PARA PAHLAWAN YANG SETIAP HARI MATI-MATIAN MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (MIM)

Dengan mengikuti upacara bendera setiap hari Nasional dan hari senin, hafal sumpah pemuda, hafal pancasila, hafal hari jadi Indonesia (AQJ)

Rutin mengikuti upacara setiap hari senin (AL)


Santriwati Darul Ulum II juga menyatakan bahwa mereka memilih cara mereka sendiri, seperti:

DENGAN MEMATUHI PERATURAN LEMBAGA DAN NEGARA (SM)

DENGAN MEMPERINGATI HARI NASIONAL DAN TAAT PERATURAN (RA)

DENGAN MENCINTAI NKRI (RS)

SELALU MENGIKUTI ATAU MEMPERINGATI SETIAP ADA ACARA NASIONAL (LNA)

SELALU MENGIKUTI ATAU MEMPERINGATI SETIAP ACARA NASIONAL (HS)

Politik

Pertanyaan yang diajukan ke informan mengenai politik cukup beragam, seperti pandangan mereka tentang pengikut tarekat yang menjadi tokoh politik. Pertanyaan ini hanya ditujukan pada santri pengikut.

BOLEH SEPERTI PAK HANAFI KAPOLDA JATIM (MTH)

BOLEH ATAU ADA, SEPERTI BUPATI SAMPANG, SLAMET (BR)

BOLEH PENGIKUT TAREKAT YANG BERPOLITIK DAN TOKOHNYA (U)

Menurut saya itu boleh tokoh politik mengikuti Thoriqoh, karena apa wo Tokoh Politik. Mengikuti thoriqoh bisa di seimbangkan bagaimana cara melakukan pekerjaan dalam dunia politik, dan juga bisa mengingat kepada Allah dan juga thoriqoh itu penting bagi kita gitu, karena apa agar kita itu tidak selalu menyempurnakan otak kita pada politik terus. Otak kita itu harus diingatkan kepada ajaran politik sebenarnya (MHUA)

BOLEH DAN ADA (SI)

Kemudian santriwati pun menjawab dengan kompak dan singkat yaitu “boleh dan ada”.

Pertanyaan lain yang ditanyakan pada santri pengikut yaitu mengenai pandangan mereka jika suatu saat nanti mereka menjadi tokoh politik dengan mengamalkan ilmu dari tarekat dan dipadukan dengan ilmu politik. 

PERTAMA SAYA AKAN MENGADAKAN PROGRAM ISTIGHOSAH DAN DOA BERSAMA UNTUK BANGSA DAN NEGARA SETIAP SATU BULAN SATU KALI (MTH)

YAITU BERPERILAKU ADIL DAN BIJAKSANA DALAM MENJALANI SESUATU (BR)

DENGAN HATI YANG TENANG DALAM MENGAHDAPI MASALAH POLITIK (U)

SEBAGAI CONTOH SAYA JADI KEPALA DESA DI DESA SENDIRI, NAH TUGAS SAYA ITU HARUS SESUAI DENGAN PROGRAM YANG DIBERIKAN ATASAN GITU, DAN HARUS MENYELESAIKAN PEKERJAAN KEPALA DESA YANG STABIL, DAN HARUS MENUNJUKAN KEYAKINAN, KEJUJURAN DAN HARUS MENUNJUKAN KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN PADA MASYARAKAT (MHUA)

JIKA SAYA MENJADI SEORANG POLITISI SAYA AKAN MENGAMALKAN THORIQOH SAYA SEPERTI MENGADAKAN ACARA ISTIGHOSAH AKBAR, PENGAJIAN, HAUL AKBAR THORIQOH, DAN BAKAL SAYA UNDANG SEMUA (SI)

TETAP MELAKSANAKAN AJARAN TORIKOT DENGAN ISTIQOMAH MESKIPUN MENJADI TOKOH POLITIK (IW)

SAYA AKAN BERPOLITIK DENGAN JUJUR DENGAN SESUAI SYARIAT ISLAM (I)

DENGAN BERPOLITIK YANG JUJUR DAN ADIL, DAN MENYELARASKANNYA DENGAN AKHLAQUL KARIMAH (ALH)

SAYA AKAN BERPOLITIK DG JUJUR DAN ADIL (SA)

SAYA AKAN BERPOLITIK DENGAN DASAR AKHLAQUL KARIMAH (SA)

Santri Darul Ulum II  pengikut tarekat pun memiliki pandangan akan fenomena-fenomena politik yang terjadi akhir-akhir ini. Pandangan yang berbeda-beda tentu sudah biasa, seperti:

Menurut pendapat saya pribadi sebenarnya  kan masih ada cara lain selain demo yaitu lewat jalur diskusi dan ketika diskusi kita tidak boleh mengedepankan ego karna yang sedemikian itu yang menyebabkan diskusi berjalan alot. Sehingga terjadilah demo. Karena kita sama-sama berbahsa satu dan bertanah air satu seharusnya tidak harus ditempuh melalui jalan demo yang merugikan rakyat dan negara (SI)

TENTANG AKSI DEMO RKUHP YANG DILAKUKAN OLEH MAHASISWA YANG DIAKSIKAN DI GEDUNG DPR DENGAN MENGAHNCURKAN FASILITAS GEDUNG, MENURUT SAYA ITU MEMBIKIN MALU INDONESIA KARENA INDONESIA DI HANCURKAN DENGAN RAKYATNYA SENDIRI (MHUA)

PENDAPAT SAYA TERHADAP HAL YANG DAPAT MENGGANGU KESTABILITASAN NEGARA IALAH MUDAHNYA MASYARAKAT MEMPERCAYAI HOAX YANG DIBERITAKAN SEHINGGA TERJADI PERMUSUHAN DI DALAM NEGARA (U)

MENURUT SAYA SEPERTI AKSI 212 ITU KURANG TEPAT KARENA BISA MENGGANGGU KESTABILAN NEGARA, MENURUT SAYA JIKA MEMANG ADA SALAH SATU BAGIAN YANG BERMASALAH APAKAH LEBIH BAIK KITA BICARAKAN DENGAN BAIK-BAIK KARENA MENURUT SAYA DI DALAM ISLAM ITU MENGAJARKAN KITA UNTUK SELALU BERLAKU TAMAH DAN RAMAH KEPADA SETIAP MANUSIA MESKIPUN DIA JAHAT ATAU TIDAK SELAGI DIA TIDAK MENGGANGGU AGAMA ISLAM MAKA MENURUT SAYA KITA HARUS MENYAYANGINYA DENGAN BAIK (MTH)

PENDAPAT SAYA KEJADIAN ITU SANGAT MERUGIKAN BANGSA INI DAN SEMOGA KITA SEMUA SADAR ATAS KEAMANAN NEGARA INI DAN MENJADI NEGARA YANG AMAN DAN DAMAI (BR)

SEMUA KEJADIAN ITU SEBENARNYA DAPAT DIATASI JIKA KITA BERSATU MAKA, DIPERLUKAN SEMANGAT UNTUK BERSATU DAN MAJU MELAWAN KEMUNGKAKARAN (ALH)

TETAP BERSATU UNTUK MEMPERSATUKAN BANGSA (IW)

MENEGAKKAN KEADILAN ADALAH KUNCI TERHADAP MASALAH TERSEBUT (SA)

KITA HARUS MENGAHARGAI PERBEDAAN SUPAYA NEGARA INDONESIA TIDAK MUDAH DIPECAH BELAH (SA)

KITA HARUS SEMAKIN MENINGKATKAN RASA NASIONALISME (I)

Santri non pengikut juga mengungkapkan pendapat mereka tentang fenomena-fenomena yang berbau politik dan menganggu kestabilan negara.

DEMO ANARKIS ITU KURANG BAIK, KARENA DAPAT MENGGANGGU AKTIVITAS MASYARAKAT LAIN (AL)

SAYA KURANG SETUJU DENGAN RUU PEMERINTAH YANG AKHIR-AKHIR INI, MAAF NYELENEH KARENA TIDAK SESUAI DENGAN  NORMA (AQJ)

JANGAN SAMPAI MENYEBARKAN HOAK, DARI KEJELEKAN NEGARA KITA (MIM)

SANGAT TIDAK BAIK MUNGKIN KARENA DARI ATAS PARA PENJABAT MEMBERIKAN TIDAK ADIL MASYARAKAT SEHINGGA TERJADINYA ATAU FENOMENA YANG DAPAT MENGGANGGU KESTABILAN NEGARA (B)

MENURUT SAYA KALAU TENTANG POLITIK, BIASA-BIASA SAJA KARENA SETIAP NEGARA PASTI MENGALAMI PASANG SURUT ARUS POLITIK, DAN UNTUK STABILITAS NEGARA KAYAKNYA GAK SUKA AJA, KALAU NEGARA INI CUMA OBRAK-ABRIK CUMA GARA-GARA POLITIK DALAM NEGERI (MR)

Kemudian berikut pendapat para santriwati mengenai cara mereka mejaga stabilitas negara.

KITA HARUS MENCINTAI NKRI DAN BERSATU (SM)

KITA HARUS MAKIN MENCINTAI NEGARA KITA DAN MENJAGANYA DARI ANCAMAN BAIK LUAR MAUPUN DALAM (RA)

KITA HARUS MENINGKATKAN PERSATUAN (RS)

Kita harus bersatu untuk mempersatukan bangsa (NA)

KITA HARUS BERSATU UNTUK MEMPERSATUKAN BANGSA (HS)

* Penulis adalah Mahasiswi Semester 6 Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat , UIN Sunan Ampel Surabaya

Daftar Bacaan:

Sokhi Huda, “Karakter Historis Sufisme Masa Klasik, Modern, dan Kontemporer”, Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, Vol. 07 no. 01 (2017), 79. (16)

Agus Prasetyo dan Bambang Sumardjoko, “Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan di Pondok Pesantren Khalfiyah”, Jurnal Vidya Karya, vol. 31 no. 1 (2016), 9.

Firdyan Andramika, Sripsi: “Menumbuhkan Sikap Nasionalisme Santri: Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Assalam, Desa Gandoan, Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2012/2013), (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), 12-13

Khafidz Ja’far, Skipsi: “Pancasila Dalam Perspektif Tasawuf”, (Semarang: Universitas Islam Negeri Semarang, 2015), 99.

M. Mahbub Risad, Skripsi: “Perilaku Tasawuf Gus Dur”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011), 60.

Aman, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, (Yogyakarta:  Pujangga Press Yogyakarta, 2014), 5.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here