image by deviantart.com
image by deviantart.com

Oleh: Abdul Rachman Hakim

Nasi telah menjadi bubur. Perasaan yang tumbuh memekar hingga berbuah kian hari kian melayu dan tumbang dimakan usia. Dunia merongrong hatiku saat usia 18 tahun pada masa itu. Aku harus memakan hati menelan pahitnya waktu. Rasa cinta yang ku rasa harus terbenam di Desember pertengahan.

Dunia ini egois.
Dunia ini menciptakan waktu pertemuan antara aku dan dia.
Tetapi dunia ini pula yang merampasnya.

Hati yang tercabik-cabik, hati yang teriris, hati yang menangis merasakan rasanya kehilangan sesuatu yang berharga, yang dicintai.

Mengapa?

Mengapa pertemuan melahirkan perpisahan dan mengapa kebahagiaan melahirkan kedukaan.

Siapa yang egois?

Aku? Atau dunia?

Aku hanyalah manusia yang berharap bahagia dengan sesuatu yang kucinta. Mata yang melihat suka, hati yang meratap kasih. Semua terasa indah dalam hidup ini. Saat itu, berjalan dengannya begitu indah. Daun-daun berjatuhan seakan menyambut perjalanan ku dengan nya. Kami berjalan dengan syahdu sembari memikirkan perasaan satu sama lain. Inilah awal.

Namun saat itu, sebelum siang bertahta. Aku tertampar oleh perasaan yang sudah tumbuh lebih dari setengah tahun. Ya! Ia memberikan sesuatu yang sangat besar yang tak pernah ku harapkan. Peristiwa besar yang membuat hati-hati manusia seumurku merasa tak berdaya. Ia membawa pergi perasaannya untukku untuk diberikan pada yang lain.

Sedang perasaanku? Perasaan ku tetap tinggal bersamaku dan terus terbawa olehnya. Dan inilah akhirnya.

2 tahun kini telah bertahta. Perasaan untuknya tetap ada dan terjaga. Masa-masa indah dengannya selalu terngiang-ngiang membanguniku saat tertidur. Dan selalu membayang-bayangi ku saat ku terbangun.

Aku, sudah bekerja. Meniti karir untuk menata masa depan yang cerah. Aku, tertatih-tatih bercucur keringat demi masa depan yang tertata. Demi kamu! Demi kamu yang meninggalkanku dalam kondisi menyinta.

Dimana masa lalu?

Dimana masa depan?

Tidak keduanya! Pertanyaan nya adalah dimana kamu?

Masa lalu telah berlalu, masa depan pun belum terlihatkan.
Tetapi kamu, tidak pernah berlalu dan selalu terlihatkan bagiku. Bagi perasaan yang ada padaku. Yang selalu kujaga. Untukku bagi kembali padamu suatu saat nanti.

About The Author