image by freepik
image by freepik

Beberapa menit setelah lepas landas, Deka menyuruh si pramugari bernama Tina Muclow untuk masuk ke dalam kokpit pilot, “Cepat masuk kokpit! Terus kunci pintunya!”

Tina Muclow segera ke ruang kokpit terus menguncinya. Sekarang mereka semua ada di dalam kokpit. Mereka ber-empat; pilot, co-pilot, teknisi penerbangan, dan pramugari yang bernama Tina Muclow tersebut.

***

Portland, 14 November 1971

Bandar udara internasional Portland Oregon Amerika Serikat. Hari itu musim dingin bulan November. Siang hari bandara tidak terlalu ramai, tidak juga sepi. Masing-masing orang sibuk dengan kegiatan mereka, berpakaian super tebal karena cuaca memang sedang tidak bersahabat, dingin dan extreme. Di luar, salju tipis-tipis mulai menyelimuti bandara, seperti bukan siang karena hari tampak gelap. Matahari saja enggan menampakkan dirinya, entah di mana mungkin sembunyi di balik salju-salju yang ada di langit. Mungkin saja begitu. 

Siang itu berjalan seperti biasa. tidak ada kendala, tidak ada kerusuhan, tak tampak ada masalah. Semua berjalan baik-baik saja, melakukan aktivitasnya masing-masing; menyeret koper, menggendong ransel, menjinjing kantong plastik—entah yang berisi makanan maupun minuman. Di kursi-kursi yang diduduki banyak orang, duduk dengan santai menghadap jendela sambil menikmati secangkir minuman hangat yang bisa mereka beli di tiap kios bandara. Terlihat juga dari balik kaca jendela itu, pesawat-pesawat yang di jatuhi salju-salju tipis di luar. Beberapa teknisi bagian lapangan tampak mempersiapkan beberapa pesawat yang siap mengudara, beberapa kali terdengar panggilan-panggilan dari sound system informasi yang ada di setiap sudut-sudut ruangan tunggu tersebut.

“Pesawat North West Airlines dengan nomor penerbangan 305 tujuan Seatle Washington di persilahkan memasuki pesawat melalui pintu 5A, Terima kasih. Saya ulangi …”

Setelah mendengar panggilan itu, Deka Borwn, pria jas hitam, berdasi, membawa koper dan memakai kacamata hitam. Bergaya sopan ala-ala mainblack, bersikap seperti penumpang pada umumnya, pria berusia 40 tahun dengan tinggi badan 185cm itu, ia terlihat santai, ramah, dan duduk di kursi pesawat nomor 20C.

Selang beberapa menit setelah lepas landas, Deka Brown beranjak dari kusinya menuju toilet yang ada di bagian belakang pesawat. Hanya berpura-pura saja menuju toilet, tujuannya adalah menghampiri seorang pramugari bernama Scaffner yang ada di bagian belakang tersebut dan memberinya secarik kertas kecil bertuliskan “aku membawa bom di dalam koperku

Dengan tenang Deka menunjuk kepada Scaffner ke sebuah kursi di bagian belakang pesawat yang memang saat itu kosong dan sudah di rencanakan Deka buat duduk di sampingnya untuk memberi tahu aturan mainnya. Dia pun menunjukkan bom itu ke Scaffner supaya pramugari percaya dan mau menuruti aturannya.

Deka memerintahkan Scaffner untuk memberitahu ke semua kru pesawat termasuk pilot dan co-pilotnya

“berikan aku uang senilai 200 dolar dalam bentuk pecahan 20 dolar dan bawakan 3 buah parasut ke pesawat ini” begitu perintahnya. “Dan penumpang tidak boleh tahu kalau pesawat yang mereka tumpangi sedang di bajak, dan perintahkan pilotmu agar memberitahukan kepada seluruh penumpang akan memperlambat jadwal kedatangan karena ada masalah kecil!” Tegasnya lagi 

“Bertindaklah profesional atau aku bisa meledakkan bom yang ada di koper ini kapan pun!” ancamnya pada Scaffner

“Baik, Tuan, segera saya laksanakan.” Scaffner segera memberitahu semua kru pesawat termasuk pilot dan co-pilot. 

Pilot yang bernama Wiliam James secepat mungkin menghubungi pusat pengendali udara Seatle dan menjelaskan situasi penerbangan mereka. Pusat pengendali udara Seatle pun meneruskan pesan tersebut ke pihak-pihak terkait.

Sementara presiden maskapai North West Airlines menyiapkan uang tebusan dan memerintahkan kepada semua kru yang ada di pesawat untuk mengikuti perintah Deka sampai permintaannya terpenuhi, agar penumpang tidak panik, pilot menginformasikan bahwa ada beberapa measalah kecil yang akan menunda jadwal kedatangan.

“Penumpang yang terhormat, karena ada beberapa masalah kecil, kita akan memperlambat jadwal kedatangan, Terima kasih.” begitu jelas pilot kepada para penumpang.

Para kru memberi intruksi untuk tetap tenang di tempat duduk dan tetap mengenakan sabuk pengaman, si pilot sengaja mengitari udara selama 2 jam sambil menunggu para polisi dan FBI membawakan tebusan dan parasut.

Sambil menghisap sebatang rokok di kursi belakang bagian pesawat, Deka minta kepada Scaffer

“Bawakan aku minuman alkohol dan air mineral” begitu pintanya.

 Deka melakukan pembajakan pesawat dengan tenang, sopan, baik, dan profesional, tidak seperti pelaku kriminal biasanya yang kasar dan juga berutal, bahkan selama pembajakan dia memesan minuman alkohol dan air mineral dan membayar tagihannya. Deka juga memiliki pengetahuan luas tentang pesawat yang di tumpanginya dan daerah-daerah yang mereka lewati selama penerbangan. Tak lama setelah itu, Deka memanggil Scaffner dan memberikan perintah selanjutnya,

“Sekarang kita berada di Mechord Airforce sangat dekat dengan bandara seatle.” katanya berbisik, tapi tegas. “Perintahkan pilotmu, parkirkan pesawat ini di tempat sepi dan juga terang. Matikan semua lampu yang ada di pesawat ini!” tegasnya kepada Scaffner.

Tepat pukul 06:14 sore, pesawat mendarat di bandara Internasional Seatle Tocoma Amerika Serikat. Sesuai perintah Deka, pesawat diparkirkan di tempat sepi dan terang, jauh dari keramaian dan semua lampu pesawat dimatikan. Setelah menunggu permintaannya dipenuhi, Deka mengizinkan penumpang turun serta beberapa kru termasuk Scaffner. Tersisa 4 kru di pesawat; pilot, co-pilot, teknisi penerbangan dan pramugari bernama Tina Muclow.

“Isi full bahan bakar pesawat ini!” perintahnya pada pilot. “Terbangkan pesawat ini ke Mexico City.”

Setelah pengisian bahan bakar di bandara Seatle selesai, jam 07.35 malam pesawat terbang kembali menuju Mexico, dan memberi intruksi kepada pilot untuk terbang dengan kecepatan minimum dengan ketinggian 10.000 kaki. Deka memerintahkan sang pilot agar menurunkan roda pendaratan dan menurunkan sirip pesawat  sebesar 15 derajat, seakan-akan dia pernah menerbangkan pesawat sebelumnya. Tapi pilot mengatakan bahwa jumlah bahan bakar tidak memadai untuk terbang ke Mexico. Akhirnya Deka memberi intruksi kepada pilot untuk mengisi bahan bakar ke Reno Nevada.

Selama pengisian bahan bakar, Deka curiga karena prosesnya sangat lama. Deka sampai mengingatkan kepada kru untuk mempercepat pengisian bahan bakar sembari memberi ancaman akan meledakkan bom yang ada di koper itu apabila ada hal yang mencurigakan.

“Percepat pengisiannya, kalau tidak mau aku ledakkan bom ini sekarang.” begitu ancamnya sembari menunjukkan koper yang berisikan bom tersebut.

Sekitar pukul 20.20 pesawat itu lepas landas dari bandara Reno Nevada. Sementara di balik pesawat ada 2 pesawat tempur yang dikirim FBI untuk mengawal pesawat Boeing 727 tersebut dari jarak jauh supaya Deka tidak bisa melihatnya.

Beberapa menit setelah lepas landas Deka menyuruh si pramugari bernama Tina Muclow untuk masuk ke dalam kokpit pilot, 

“Cepat masuk kokpit! Lalu kunci pintunya!”  Tina Muclow langsung menuju ruang kokpit dan menguncinya. Sekarang mereka semua ada di dalam kokpit; pilot, co-pilot teknisi penerbangan, dan pramugari yang bernama Tina Muclow. Mereka merasa sangat ketakutan. 

“Apa yang akan di lakukan si pembajak?” tanya pilot kepada si pramugari,

Belum sempat si pramugari menjawab, pesawat mengalami tekanan extreme, tidak ada yang menyangka si Deka berniat terjun payung lewat pintu tangga yang ada di bagian ekor pesawat, dia bahkan tahu cara membukanya lewat tombol manual sampai pilot di kokpit itu tidak bisa membatalkan pembukaan tangga tersebut. Ketika pintu terbuka, pesawat langsung mengalami tekanan extreme, sementara dua pesawat tempur yang mengawal mereka pun tidak dapat melihat Deka yang sedang terjun dari pintu tangga ekor pesawat, karena salju dan cuaca extreme mempersulit penglihatan mereka.

***

Di balik itu, sepasang partner kepala perusahaan produsen film saling berpelukan, akhirnya film mereka selesai shooting dan akan segera rilis. Menceritakan Deka brown, pria berumur 40 tahun dengan tinggi badan 185cm membeli tiket pesawat seharga 20 dolar dan melakukan pembajakan pesawat Boeing 727 dengan nomor penerbangan 305 tujuan Seatle Washington Amerika Serikat dengan maksud dan tujuan meminta uang tebusan senilai 200 Dolar dalam pecahan 20 Dolar. Pelaku tunggal pembajakan pesawat berhasil lolos selama puluhan tahun dan meninggalkan kasusnya menjadi tidak terpecahkan, 

Samarinda, 10 Juni 2020

About The Author